I . PENDAHULUAN
I.I.Latar Belakang
Dalam budidaya secara hidroponik, tanaman mendapatkan makanan
atau nutrisi dari larutan yang disiramkan pada media tanam. Dengan demikian
tanaman tetap mendapatkan nutrisi untuk pertumbuhannya. Larutan pupuk atau
nutrisi yang disiramkan pada media bias bermacam-macam.
Rakit apung atau Floating hidroponik sistem (FHS) adalah salah
satu sistem budidaya secara hidroponik tanaman (sayuran, terutama) dengan cara
menanam tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung di atas permukaan larutan
nutrisi dalam bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terendam dalam
larutan nutrisi. Karakteristik system ini antara lain adalah terisolasinya
lingkungan perakaran sehingga fluktuasi suhu larutan nutrisi akan lebih rendah.
Pada sistem ini larutan tidak disirkulasikan, namun dibiarkan
tergenang dan ditempatkan dalam suatu wadah tertentu untuk menampung larutan
tersebut. Dengan demikian sistem ini dapat dimungkinkan tanaman akan kekurangan
oksigen, yang nantinya akan merubah pH larutan. Dengan berubahnya pH larutan
maka akan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik karena penyerapan
nutrisi oleh tanaman kurang optimal.
1.1 Tujuan
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
mahasiswa dalam melaksanakan salah satu model dalam teknologi budidaya sayuran
secara hidroponik.
II . TINJAUAN PUSTAKA
Floating
hidroponik sistem (FHS) adalah budidaya tanaman (terutama sayuran) dengan cara
menanam tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung di atas permukaan larutan
nutrisi dalam bak penampung atau kolam. Dalam sistem ini akar tanaman teremdam
dalamm larutan nutrisi ( Hartus , 2007 )
Teknik
hidroponik sistem rakit apung adalah menanam tanaman pada suatu rakit yang
dapat mengapung di atas permukaan air atau nutrisi dengan akar menjuntai kedalam
air. Styrofoam diambangkan pada kolam larutan nutrisi sedalam kurang lebih 30
cm. Pada styrofoam diberi lubang tanam dan bibit ditancapkan dengan bantuan
busa atau rockwool ( Sutiyoso , 2003 ).
Pada
sistem FHS larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak
penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan
dalam jangka waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena dalam jangka yang
cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan pupuk cair dalam dasar
kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Sistem ini mempunyai beberapa
karakteristik seperti terisolasinya lingkungan perakaran yang mengakibatkan
fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah, dapat digunakan untuk daerah yang
sumber energi listriknya terbatas karena energi yang dibutuhkan tidak terlalu
tergantung pada energi listrik (mungkin hanya untuk mengalirkan larutan nutrisi
dan pengadukan larutan nutrisi saja) (Falah, 2006).
Selain
harus tetap menjaga sirkulasi larutan nutrisi juga perlu diperhitungkan
konsentrasi larutan nutrisi karena hal tersebut sangat mempengaruhi
perkembangan tanaman. Konsentrasi larutan nutrisi dapat diperoleh dengan
mengetahui nilai EC (Electric Conductivity). Nilai EC dapat didapat dengan cara
mengukur nilai resistensi pada larutan nutrisi. Tidak hanya kelangsungan
sirkulasi larutan yang memegang peranan penting tetapi juga konsentrasi larutan
dapat diketahui dengan mengukur nilai EC ( dengan menggunakan EC meter ) (
Ridho’ah dan Hidayati , 2005 ).
III . METODE
PELAKSANAAN
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum hidroponik sistem rakit apung bertempat di greenhouse
Fakultas Pertanian Universitas Bangka Belitung Terpadu bertempatkan areal lahan
praktek budidaya.
3.2 . Alat dan Bahan
Bahan : Bibit Sawi,
kangkung, larutan nutrisi, kotak kayu/bak plastik ukuran (p x l x t) 50 cm x 50
cm x 15, talang air V, steroform, rockwoll/kapas saringan ikan, pompa/filter
kolam ikan, pipa paralon, baskom, bak perkecambahan, sekam bakar, rak kayu,
terpal/plastik, paku, gelas mini plastik agar-agar, ember tertutup.
Alat : Gergaji, gunting, pisau
cutter, handsprayer, centong, pinset.
3.3 Cara Kerja
1. Siapkan tempat untuk menanam tanaman berupa bak kayu/bak plastik/baskom.
Jika menggunakan bak kayu, lapisi bak tersebut menggunakan plastik terpal.
2. Siapkan steroform dengan ukuran p x l lebih kurang hampir sama dengan
bak penanaman dan tebal 1,5-2 cm.
3. Letakkan bak tersebut pada rak kayu dengan ketinggian 50-80 cm.
4. Semai benih tanaman menggunakan rockwoll yang telah dipotong ukuran 1,5
cm x 1,5 cm x 1,5 cm pada bak perkecambahan.
5. Bibit bayam, sawi dan kangkung dapat dipindahkan setelah 5-7 hari
setelah semai.
6. Lubangi streoform yang telah disiapkan berdiameter + 1 cm atau
tidak harus sama dengan media semai dengan jarak antar lubang 15 cm x 15 cm
menggunakan pipa PVC ½”.
7. Masukkan air mineral dengan volume 1/3 dari volume bak yang telah
dicampur dengan larutan nutrisi (2 ml/liter air) ke dalam bak penanaman.
8. Masukkan rockwoll dan bibit pada lubang steroform, usahakan tidak goyang
dan bibit tidak pecah.
9. Setelah seluruh lubang telah ditanami bibit, letakkan streoform pada bak
penanaman dengan posisi ketinggian maksimal 1/3 bagian akar terendam air.
10. Lakukan penambahan volume larutan air dan nutrisi yang telah
dipersiapkan setiap 90 menit sekali pada pagi hingga sore hari (07.00 – 18.00)
secara rutin dan terus menerus.
11. Siram bagian atas tanaman menggunakan handsprayer pada pagi dan sore
hari.
12. Pengendalian hama dan penyakit menggunakan jaring jala halus.
IV . HASIL DAN
PEMBAHASAN
IV.1.
Tabel.
hasil pengamatan hidroponik rakit apung.
Waktu
|
Media
|
Ulangan
|
Tinggi
(Cm)
|
Jumlah Daun (Helai)
|
7 Maret
2012
|
Bak A
|
1
|
11
|
2
|
2
|
7
|
2
|
||
3
|
9
|
1
|
||
4
|
8
|
2
|
||
5
|
7,5
|
3
|
||
6
|
7,5
|
2
|
||
Rata-Rata
|
8,3
|
6
|
||
Bak B
|
1
|
6,5
|
1
|
|
2
|
6,5
|
2
|
||
3
|
9
|
1
|
||
4
|
7,5
|
2
|
||
5
|
7,2
|
2
|
||
6
|
10
|
2
|
||
Rata-Rata
|
7,78
|
5,5
|
||
14 Maret 2012
|
Bak A
|
1
|
10
|
3
|
2
|
8
|
4
|
||
3
|
11
|
4
|
||
4
|
8
|
3
|
||
5
|
7,5
|
4
|
||
6
|
10,5
|
3
|
||
Rata-Rata
|
9,2
|
3,5
|
||
Bak B
|
1
|
9,8
|
3
|
|
2
|
6,8
|
2
|
||
3
|
8,2
|
2
|
||
4
|
6,9
|
2
|
||
5
|
7,2
|
4
|
||
6
|
8,8
|
3
|
||
Rata-Rata
|
7,95
|
2,7
|
||
20 Maret 2012
|
Bak A
|
1
|
10
|
6
|
2
|
6
|
2
|
||
3
|
-
|
-
|
||
4
|
6
|
2
|
||
5
|
6,5
|
6
|
||
6
|
6
|
3
|
||
Rata-Rata
|
5,75
|
3,2
|
||
Bak B
|
1
|
8
|
2
|
|
2
|
8
|
4
|
||
3
|
11
|
6
|
||
4
|
3,5
|
4
|
||
5
|
5
|
3
|
||
6
|
8
|
4
|
||
Rata-Rata
|
7,25
|
3,8
|
Bak A = Berat basah sawi
Berat kering sawi = 4,6/6 = 0,76 gram
Bak B = Berat basah sawi
Berat kerig sawi 1,2/3 = 0,4 gr
4.2. Pembahasan :
Dari pengamatan kelompok kami diketahui bahwa yang dibudidayakan dengan hidroponik apung
adalah baik pada saat awal perlakuan kemudian minggu kedua dan ketiga perkembangan tanaman sawi tumbuh
dengan baik, tetapi pada saat minggu keempat budidaya tanaman hidroponik apung pada tanaman sawi kami ada yang mati.
Kualitas larutan nutrisi dapat diketahui dengan mengukur
electrical conductivity (EC). Semakin tinggi konsentrasi larutan semakin tinggi
arus listrik yang dihantarkan karena pekatnya kandungan garam dan akumulasi ion
mempengaruhi kemampuan untuk menghantarkan listrik larutan nutrisi tersebut.
Pada budidaya kailan ini EC kita 1,8 dan pH 4,5. Dengan nilai EC dan pH yang
sedemikian tersebut maka EC dan pH yang kita gunakan sudah bisa dibilang cukup
untuk budidaya kailan (Sayuran) walaupun EC 1,8 bukan EC yang ideal untuk
tanaman sayuran. Artinya EC tersebut tidak terlalu tinggi. Namun untuk EC
paling ideal untuk tanaman sayuran adalah 2,5 - 3,2. Dengan EC tinggi berarti
kepekatan larutan juga tinggi, sehingga daya serap tanaman terhadap unsur hara
dari larutan juga berkurang sehingga pertumbuhan tanaman juga terhambat. Untuk
pH ideal untuk hidroponik sayuran adalah 4,5 - 5,5, sehingga untuk hidroponik rakit
apung ini pH tanaman ideal.
Kematian pada tanaman Sawi dapat
dikategorikan penyebabnya adalah hama dan penyakit, kutu daun adalah salah satu
hama yang biasanya menyerang daun Sawi, kutu ini menyerang bagian daun sehingga
daun menjadi basah dan kemudian menjadi layu dan lemah, sedangkan untuk
penyakitnya dapat disebabkan oleh bakteri yang menyebabakan daun Sawi menjadi
bercak-bercak cokelat dan kekuningan sehingga lama-kelamaan tanaman Sawi
menjadi mati.
V . KESIMPULAN
5.1. kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan
Bahwa kami dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
melaksanakan salah satu model dalam teknologi budidaya sayuran secara
hidroponik.
DAFTAR PUSTAKA
Falah,
M. A. F. 2006. Produksi Tanaman dan Makanan dengan Menggunakan Hidroponik -
Sederhana hingga Otomatis -. http://io.ppi jepang.org/article .php?id=200.
Diakses tanggal 17 Desember 2010.
Hartus,
T. 2007 Berkebun Hidroponik secara Murah. Penebar Swadaya. Jakarta
Ridho’ah,
M. dan N. R. Hidayati. 2005. Sistem Kontrol Pemberian Nutrisi pada
Hidroponik.
Sutiyoso, Y. 2003. Hidroponik Rakit Apung. Penebar Swadaya.
Jakarta
Tanjung,
F.A. 2007. Pengaruh Jenis Bahan Dasar Kompos dan Lama Waktu Fermentasi terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Secara Hidroponik
Substrat. Skripsi S1. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
.
LAPORAN PRATIKUM
DASAR-DASAR
HOLTIKULTURA
BUDIDAYA
TANAMAN SECARA
HIDROPONIK
Disusun Oleh :
NAMA
: Ridwan Diaguna
NIM
: 201 1011 005
PRODI
: AGROTEKNOLOGI IV
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN
BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI BANGKA BELITUNG
BALUN IJUK
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar