LAPORAN
DASAR-DASR HORTIKULTURA
Acara
VI : Pengemasan Pada Produk Buah
Nama : Ridwan
Diaguna
NIM : 201 10 11 005
PRODI : AGROTEKNOLOGI IV
FAKULTAS
PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS
NEGERI BANGKA BELITUNG
BALUNIJUK
2011
I.
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kehilangan air dari produk hortikultura
saat berada pohon tidak masalah karena masih dapat digantikan atau diimbangi
oleh laju pengambilan air oleh tanaman. Berbeda dengan produk telah dipanen
kehilangan air tersebut tidak dapat digantikan, karena produk tidak dapat
mengambil air dari lingkungnnya. Demikian kehilangan substrat tidak dapat
digantikan sehingga menyebabkan
perubahan kualitas dari produk yang telah dipanen atau dikenal sebagai
kemunduran kualitas dari produk, tetapi pada suatu keadaan perubahan tersebut
justru meningkatkan kualitas produk tersebut.
Hortikultura seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan yang telah dipanen masih merupakan benda hidup. Benda hidup
disini dalam pengertian masih mengalami proses-proses yang menunjukkan
kehidupanya yaitu proses metablisme. Karena masih terjadi proses metabolisme
tersebut maka produk buah-buahan dan sayur-sayuran yang telah dipanen akan
mengalami perubahan-perubahan yang akan menyebabkan terjadinya perubahan
komposisi kimiawinya serta mutu dari produk tersebut. Perubahan tersebut
disebabkan oleh beberapa hal seperti terjadinya respirasi yang berhubungan
dengan pengambilan unsur oksigen dan pengeluaran karbon dioksida (respirasi),
serta penguapan uap air dari dalam produk tersebut yang dikenal sebagai
transpirasi.
Kemunduran kualitas dari suatu produk
hortikultura yang telah dipanen biasanya diikuti dengan meningkatnya kepekaan
produk tersebut terhadap infeksi mikroorganisme sehingga akan semakin
mempercepat kerusakan atau menjadi busuk, sehingga mutu serta nilai jualnya
menjadi rendah bahkan tidak bernilai sama sekali. Pada dasarnya mutu suatu
produk hortikultura setelah panen tidak dapat diperbaiki, tetapi yang dapat
dilakukan adalah hanya usaha untuk mencegah laju kemundurannya atau mencegah
proses kerusakan tersebut berjalan lambat.
I.2. Tujuan
Mahasiswa memahami
adanya interaksi metabolism produk dengan karakteristik permeabilitas plastic
berpengaruh terhadap mutu produk hortikultura segar dalam penyimpanan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Komoditi
Buah Jeruk
Buah
jeruk umumnya digemari oleh masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Jeruk
merupakan sumber vitamin C yang baik, mengandung 50 mg/100 ml sari buah, serta
vitamin A dan protein (Lelly 2004). Sejauh ini ketersediaan buah jeruk di dalam
negeri belum mencukupi kebutuhan. Konsumsi buah jeruk pada tahun 2001 hanya 3,8
kg/kapita/tahun. Rendahnya konsumsi antara lain disebabkan oleh rendahnya
produksi jeruk di Indonesia (Soeroto 2003). Permasalahan dalam agribisnis jeruk
di Indonesia antara lain adalah serangan penyakit terutama citrus vein
phloem degeneration (CVPD) yang disebabkan oleh bakteri Liberobacter
asiaticum (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman 1999).
Jeruk
merupakan tanaman asli (indigenous) dari benua Asia khususnya dari India
sampai Cina. Banyak spesies jeruk yang telah dibudidayakan di daerah subtropik.
Jeruk dan kerabatnya termasuk ke dalam famili Rutaceae yang meliputi banyak
genera (Roy dan Goldschmidt 1996). Pada dasarnya, jeruk dapat dikelompokkan
menjadi 3 berdasarkan manfaatnya, yaitu: 1. Primitif, yang belum dimanfaatkan,
2. Kerabat dekat jeruk yang sebagian telah dimanfaatkan, dan 3. Jeruk yang
sebenarnya, yaitu yang telah dimanfaatkan dan dibudidayakan. Jeruk mempunyai 6
genera yaitu: 1) Citrus, 2) Microcitrus, 3) Fortunella, 4) Poncirus, 5)
Cymenia, dan 6) Eremocitrus. Semua genera tersebut mempunyai daun tunggal,
kecuali Poncirus yang mempunyai daun majemuk (trifoliate).
II.2
Permeabilitas Dinding Sel Buah Jeruk
Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis pembatas yang sangat
berbeda komposisi dan strukturnya. Lapisan terluar adalah dinding sel yang
tersusun atas selulosa, lignin, dan polisakarida lain. Dinding sel memberikan
kekakuan dan memberi bentuk sel tumbuhan. Pada beberapa bagian, dinding sel
tumbuhan terdapat lubang yang berfungsi sebagai saluran antara satu sel dengan
sel lainnya. Lubang ini disebut plasmodesmata, berdiameter sekitar 60 nm,
sehingga dapat dilalui oleh molekul dengan berat molekul sekitar 1000 Dalton.
Lapisan dalam sel tumbuhan adalah membran sel.
Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid.
Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat hidrofobik (non polar), kedua lapis
molekul tersebut saling berorientasi kedalam, sedangkan bagian kepala bersifat
hidrofilik (polar), mengarah ke lingkungan yang berair. Komponen protein
terletak pada membran dengan posisi yang berbeda-beda. Beberapa protein
terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam integral dalam lapis ganda
fosfolipid. Membran seperti ini juga terdapat pada berbagai organel di dalam
sel, seperti vakuola, mitokondria, dan kloroplas.
Komposisi lipid dan protein penyusun membran bervariasi,
bergantung pada jenis dan fungsi membran itu sendiri. Namun demikian membran
mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu bersifat selektif permeabel terhadap
molekul-molekul. Air, gas, dan molekul kecil hidrofobik secara bebas dapat
melewati membran secara difusi sederhana. Ion dan molekul polar yang tidak
bermuatan harus dibantu oleh protein permease spesifik untuk dapat diangkut
melalui membran dengan proses yang disebut difusi terbantu (fasilitated
diffusion). Kedua cara pengangkutan ini disebut transpor pasif. Untuk
mengangkut ion dan molekul dalam arah yang melawan gradien konsentrasi, suatu
proses transpor aktif harus diterapkan. Dalam hal ini protein aktifnya
memerlukan energi berupa ATP, ataupun juga digunakan cara couple lewat
proses antiport dan symport.
III.
METODE PRAKTIKUM
III.1. Bahan dan alat
Bahan
: buah tomat, buah mentimun, buah apel, dan buah jeruk. Masing-masing 12 buah,
dan 4 macam kantong plastic.
Alat
: baskom/bak air, thermometer, stop watch, pisau, timbangan dan alat tulis.
III.2. Cara kerja
1.
Bahan dengan jumlah atau berat tertentu
sebagai unit percobaan dikemas dengan 4 macam plastic berbeda diatas.
2.
Yakinkan bahwa tidak ada kebocoran udara
pada bagian sambungan kemaasan plastic.
3.
Bahan percobaan yang telah dikemas
selanjutya ditempatkan pada suhu kamar.
4.
Perlakuan dalam percobaan ini diulang
sebanyak 2 kali.
5.
Amati perubahan mutu percobaan selama
periode penyimpanan.
III.3. Pengamatan
Pengamatan
dilakukan terhadap kondisi mutu-fisik/visual sayuran dan buah bahan percobaan
secara subjektif selama penyimpanan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
buah
|
Jenis
plastik
|
Berat
awal
|
Hari
pengamatan
|
warna
|
tekstur
|
Kualitas
visual scr kseluruhan
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||||||||
timun
|
Putih
(kg)
|
17.69
|
17.69
|
17.69
|
17.68
|
17.68
|
17.67
|
17.66
|
17.64
|
<10%**
berwarna kuning(berpengaruh pd harga)
|
Layu/lembek(bisa
dikonsumsi tp tdk bisa dipasarkan)
|
Kurang
baik
|
||
Hitam
|
258.6
|
258.6
|
258.6
|
258.5
|
258.5
|
258.3
|
258.0
|
257.8
|
Warna
hijau dan tekstur kurang virgor
|
Tegar(kurang
segar)
|
Baik
|
|||
Merah
|
219.9
|
219.9
|
219.9
|
219.9
|
219.9
|
219.7
|
219.5
|
219.3
|
Warna
hijau dan tekstur kurang virgor
|
Tegar(kurang
segar)
|
Baik
|
|||
putih
|
219.8
|
219.8
|
219.8
|
219.8
|
219.8
|
219.7
|
219.5
|
219.2
|
<10%**
berwarna kuning(berpengaruh pd harga)
|
Layu/lembek(bisa
dikonsumsi tp tdk bisa dipasarkan)
|
Kurang
baik
|
|||
jeruk
|
Putih
(kg)
|
177.9
|
177.9
|
177.9
|
177.9
|
177.9
|
177.8
|
177.6
|
177.4
|
<10%**
berwarna kuning(berpengaruh pd harga)
|
Layu/lembek(bisa
dikonsumsi tp tdk bisa dipasarkan)
|
Kurang
baik
|
||
Hitam
|
187.0
|
187.0
|
187.0
|
187.0
|
187.0
|
186.9
|
186.9
|
186.8
|
Warna
daun segar dgn tekstur virgor
|
Tegar,
segar
|
Sangat
baik
|
|||
Merah
|
187.5
|
187.5
|
187.05
|
192.1
|
192.1
|
192.1
|
191.9
|
191.8
|
Warna
daun segar dgn tekstur virgor
|
Tegar,
segar
|
Sangat
baik
|
|||
putih
|
179.6
|
179.6
|
179.6
|
179.6
|
179.6
|
179.6
|
179.5
|
179.4
|
Warna
daun segar dgn tekstur virgor
|
Tegar
segar
|
Sangat
baik
|
|||
tomat
|
Putih
(kg)
|
208.2
|
208.2
|
208.2
|
208.1
|
208.1
|
207.9
|
207.8
|
207.7
|
Warna
daun segar dgn tekstur virgor
|
Tegar,
segar
|
Sangat
baik
|
||
hitam
|
218.4
|
218.4
|
218.4
|
218.3
|
218.3
|
218.3
|
218.2
|
218.2
|
>25%
layu dan mengalami pembusukan
|
Sangat
layu, Tdk bsa digunakan
|
Tdk
bisa digunakan
|
|||
Merah
|
213.4
|
213.4
|
213.4
|
213.3
|
213.3
|
213.0
|
212.8
|
212.5
|
>25%
layu dan mengalami pembusukan
|
Sgt
layu, Tdk bisa digunakan
|
Tdk
bisa digunakan
|
|||
putih
|
196.0
|
196.0
|
196.0
|
196.0
|
196.0
|
196.0
|
195.9
|
195.9
|
Warna dan tekstur kurang virgor
|
Sgt
layu, Tdk bisa digunakan
|
Tdk
bisa digunakan
|
|||
apel
|
Putih
(kg)
|
309.0
|
309.0
|
309.0
|
309.0
|
309.0
|
309.0
|
309.0
|
308.9
|
Warna
segar dgn tekstur virgor
|
Tegar,
segar
|
Sgt
baik
|
||
Hitam
|
306.5
|
306.5
|
306.5
|
306.5
|
306.5
|
306.5
|
306.4
|
306.4
|
Warna
segar dgn tekstur virgor
|
Tegar,
segar
|
Sgt
baik
|
|||
Merah
|
299.3
|
299.3
|
299.3
|
299.3
|
299.3
|
299.3
|
299.2
|
299.1
|
Warna
segar dgn teksrur virgor
|
Tegar,
segar
|
Sgt
baik
|
|||
putih
|
325.0
|
325.0
|
325.0
|
325.0
|
325.0
|
325.0
|
325.0
|
324.9
|
Warna
segar dgn teksrur virgor
|
Tegar,
segar
|
Sgt
baik
|
|||
IV.2. Pembahasan
Pada percobaan Permeabilitas terhadap dinding sel buah jeruk, tomat dan
mentimun pada perlakuan ini memiliki perubahan
secara visual, warna, dan tekstur yang mengalami penurunan. Maka dari itu tingkat
permeabiliasnya mengalami penurunan yang ditandai dengan penurunan berat
akhir dari berat awal. Hal ini dikarenakan , kekuatan dinding sel
ditunjang oleh ‘isi’ dari membrane sel. Semakin penuh isi dari sel tumbuhan,
berarti semakin ‘padat’ sel tumbuhan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
Anonim (2011) yang menyatakan bahwa Padatnya isi sel (biasanya dipengaruhi air)
akan menekan dinding sel dan hal inilah yang disebut tekanan turgor.
Dinding sel dan membrane sel dapat
rusak oleh berbagai hal. Selain perlakuan kimia, perlakuan panas dan dingin
juga mempengaruhi ‘rusak’nya sel. Rusaknya sel diketahui dengan banyak
sedikitnya pigmen yang keluar. Jika dilihat dengan mata telanjang, pigmen
tersebut akan memberikan kepekatan warna yang berbeda. Hal ini sesuai dengan
pendapat Anonim (2011) Dengan spektrofotometer, kita dapat mengetahui ‘lebih
pekat’ mana perlakuan yang kita lihat ‘sama pekat’ dengan mata telanjang.
V.
KESIMPULAN
1)
Permeabilitas
terhadap dinding sel buah jeruk pada perlakuan ini memiliki warnamenarik
dan akhir menjadi jelek.
Maka dari itu tingkat permeabiliasnya mengalami
penuruna.
2) Kekuatan dinding sel ditunjang oleh ‘isi’ dari membrane sel.
Semakin penuh isi dari sel tumbuhan, berarti semakin ‘padat’ sel tumbuhan
tersebut. Padatnya isi sel (biasanya dipengaruhi air) akan menekan dinding sel
dan hal inilah yang disebut tekanan turgor.
3) Dinding sel dan membrane sel dapat
rusak oleh berbagai hal. Selain perlakuan kimia, perlakuan panas dan dingin
juga mempengaruhi ‘rusak’nya sel.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011.
http://pascapanen.litbang.deptan.go.id/index.php/berita/56. (diakses
pada taggal 30 April 2011)
Anonim. 2011. http://www.scribd.com/doc/15249569/Profil-komoditas-jeruk.
(diakses pada taggal 30April 2011)
Cahyono, Bambang. 1995. Cara
Meningkatkan Budidaya jeruk. Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Harjadi, 1989. Hortikultura. Andy
Offset. Yogyakarta.
Roy dan Goldschmidt 1996. Cara
Meningkatkan Budidaya Jeruk. Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Sunarjono,dkk 2005. Penanganan
pasca Panen. Pustaka Jaya. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar