Laman

Rabu, 20 Juni 2012


I.                   PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Bercocok tanam secara vertikultur sedikit berbeda dengan bercocok tanam di kebun atau di ladang. Vertikultur diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara vertikal sehingga penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem bertingkat dan tidak membutuhkan lahan yang banyak.
Sistem vertikultur memiliki beberapa kelebihan dibandingkan sistem budidaya biasa. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain kualitas produk lebih baik dan lebih bersih; kuantitas produksi lebih tinggi dan kontinuitas produk terjaga; efisiensi lahan, pupuk, air, benih dan tenaga kerja; menjadi lahan bisnis, baik langsung ataupun tidak langsung; mempercantik halaman dan berfungsi sebagai paur-paru kota dan sebagainya (harmanto, 2000).
Saat ini kebutuhan akan lahan pertanian semakin sempit terutama di kota-kota besar. Sedangkan jumlah penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun membuat kebutuhkan akan pangan semakin meningkat. Terdorong oleh keadaan yang demikian, maka banyak orang melakukan budidaya tanaman dengan sistem vertikultur.
Praktikum ini dilakukan agar mahasiswa dapat meningkatkan ketrampilan dalam bidang pertanian terutama vertikultur. Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan vertikultur sebagai hasil dari pembelajaran mata kuliah teknih hidroponik ini.
Dalam sistem vertikultur, jenis komoditas dan bentuk bangunan sangat penting untuk dipertimbangkan mengingat morfologi dan letak tanaman nantinya akan ditempatkan. Model bangunan tersebut harus sesuai dengan komoditas tanaman yang dibudidayakan karena penempatan tanaman yang salah pada bangunan vertikultur akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut. Oleh karena itu, model bangunan dan penempatan tanaman harus dibuat sedemikian rupa agar mendukung pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan.

2. Tujuan
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan salah satu model dalam teknologi budidaya sayuran secara vertikultur.

II.                TINJAUAN PUSTAKA

Kesuburan tanah dapat ditingkatkan melalui tindakan pemupukan. Untuk memperoleh hasil yang tinggi dan tetap memperhatikan kaidah konservasi dalam penggunaan pupuk perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu pemberian pupuk dengan jenis dan jumlah yang benar, pemilihan sumber pupuk yang benar untuk memasok hara yang diperlukan dan pemberian pada saat dan cara yang tepat. Pemberian pupuk organik berarti menambah kandungan bahan organik sehingga pengaruhnya terhadap sifat fisik, kimia, dan hayati media juga meningkat. Sumber bahan organik yang saat ini cukup potensial dijadikan sebagai pupuk organik adalah limbah ternak (pupuk kandang) (Agustono et al., 2005).
Kata vertikultur diambil dari bahasa Inggris, verticulture yang merupakan penggabungan dua kata, vertical dan culture. Pengertiannya adalah suatu cara pertanian yang dilakukan dengan sistem bertingkat. Mengolah tanah dalam sistem ini tidak jauh berbeda dengan menanam pohon seperti di sebuah kebun atau sawah. Namun ada kelebihan yang diperoleh, yaitu dengan lahan yang minimal mampu menghasilkan hasil yang maksimal (Anonim, 2010).
Ketersediaan unsur hara yang cukup memungkinkan proses fotosintesa optimum dan asimilat yang dihasilkan dapat digunakan sebagai cadangan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena cadangan makanan di dalam jaringan lebih banyak akan memungkinkan terbentuknya daun banyak pula (Pramono, 2002).
Salah satu hal yang perlu diperhatikan bahwa unsur mikro diperlukan dalam jumlah yang sedikit sesuai kebutuhannya. Oleh karena itu penggunaan pupuk perlu mempertimbangkan patokan-patokannya sehingga dapat digunakan oleh tanaman secara efisien. Salah satu sifat umum unsur mikro adalah penyerapannya harus sesuai dengan kebutuhan dan apabila berlebihan dapat merusak perkembangan tanaman (Sutapradja, 1996).
Kekurangan sistem vertikultur antara lain rawan terhadap serangan jamur, sehingga pemantauan kondisi pertanaman harus sering dilakukan. Populasi tanaman yang tinggi menyebabkan kelembaban udara tinggi, sehingga memungkinkan serangan penyakit mudah menyebar. Penyiraman harus dilakukan secara kontinyu meskipun hujan, terutama bila tanaman ditanam pada sistem bangunan beratap (Haryanto et al., 1995).


III.             METODE PRAKTIKUM

·         Alat dan Bahan
·         Bahan
ü  Bibit sawi (21 HSS), Bibit seledri, Bibit cabai rawit
ü  Pipa paralon 2 batang, Bambu betung diameter +- 10 cm 3 batang
ü  Arang sekam, Pasir ayakan, Bokashi
ü  Kayu kasau
ü  Tanah (top soil), Semen dan pasir
ü  Pupuk kandang, Pupuk organik cair, Pupuk NPK, Pupuk KCl
·         Alat
ü  Gergaji kayu, Gergaji pipa
ü  Palu, Tang, Paku
ü  Parang, Cangkul, Sekop, Ember, Ember bekas cat ukuran 5 kg
ü  Kotak persemaian, Gembor, Hand sprayer
ü  Pahat lilin/lampu minyak
·         Cara Kerja
·      Model vertikultur menggunakan pipa paralon
ü  Ukur terlebih dahulu jarak lubangnya 15 cm secara zigzag atau berseling.
ü  Tandai silang dengan pensil sepanjang 10 cm.
ü  Dari batas 10 cm tersebut ukur naik 10 cm.
ü  Lakukan seterusnya sehingga sampai ujung paralon.
ü  Gergajilah setiap tanda silang dengan lebar 10 cm.
ü  Siapkan lilin atau lampu minyak.
ü  Paralon yang sudah digergaji dipanaskan dengan lampu teplok.
ü  Bila sudah agak lembek, cepat tekan kedalam dengan besi atau kayu bulat.
ü  Bagian atas ditekan kedalam untuk menahan tanah/akar tanaman.
ü  Bagian bawah ditekan keluar.
ü  Agar bisa berdiri tegak, bagian bawah bisa dicor permanen atau bisa pula diberi pemberat semen dengan wadah kaleng atau pot.
·      Model vertikultur menggunakan bambu
ü  Siapkan bambu sepanjang +- 2 meter (memiliki sekitar 8 -10 ruas dan sekitar 6-8 buku ) berdiameter sekitar 10 cm sepanjang 1,5 m.
ü  Lubangi dengan hati-hati buku bagian dalam antar-ruas bambu menggunakan linggis atau kayu kecuali buku bagian ruas terbawah.
ü  Belahlah ujung atas dan ujung bawah menjadi 4 bagian sepanjang 10 cm.
ü  Diabagian tengah antara belahan satu dengan yang lainnya diberi sepotong kayu sehingga belahan-belahan tadi membuka dan bagian bawah bambu dapat digunakan untuk berdiri tegaknya bambu tersebut.
ü  Ukur jarak antar lubang dengan bentuk dan jarak yang hampir sama dengan model paralon.
ü  Setelah itu, dengan meggunakan pahat/bor listrik dibuat lubang-lubang yang berdiameter 2 cm dibagian sisi bambu secara bertingkat dan berselang seling sehingga tanaman tidak saling menutupi.
·         Penanaman
ü  Persiapan media tanam dilakukan 2 hari sebelum tanam yaitu pencampuran arang sekam, pasir dan bokashi dengan perbandingan (1:1:1), kapur dolomite (100 gram/kg media) seta pupuk organik cair dengan dosis 5 ml/liter air 1 kg bahan.
ü  Masukkan media tanam tersebut kedalam pipa paralon dan bambu yang telah dipersiapkan secara hati-hati dalam posisi berdiri.
ü  Tanam bibit yang telah telah dipersiapkan sebelumnya dengan komposisi bibit cabai di lubang bagian paling atas, bibit seledri dan sawi ditanam secara berselingan pada lubang yang dibuat pada sisi-sisi pipa dan bambu.
·         Pemeliharaan
ü  Lakukan penyiraman secara rutin 2 kali sehari.
ü  Pemupukan tanaman sauran daun cukup diberikan menggunakan pupuk organik cair dengan dosis 5 ml/liter air setiap minggu dengan cara disemprotkan atau disiram dari lubang bagian atas.
ü  Pemupukan anorganik diberikan untuk menjaga kesuburan media tanam dilakukan pada 2 minggu setelah tanam dengan dosis NPK 10 gram/pipa atau bambu dan KCl 5 gram/pipa atau bambu, selanjutnya pemupukan secara rutin dilakukan tiap 1 bulan sekali dengan dosis yang sama.
ü  Pengendalian hama dan penyakit dalam vertikultur ditekankan untuk sedapat mungkin meghindari bahan kimia. Akan tetapi apabila ternyata membutuhkan pengendalian secara kimiawi, maka 2 minggu sebelum panen penyemprotan atau pengendalian jangan dilakukan.
·         Pengamatan
ü  Tinggi tanaman awal (cm), diamati dan diukur  pada saat penanaman.
ü  Jumlah daun awal(helai), diamati dan dihitung pada saat penanaman.
ü  Pertambahan tinggi tanaman (cm), diamati dan diukur setiap 2 minggu hingga panen.
ü  Pertambahan jumlah daun (helai), diamati dan diukur setiap 2 minggu hingga panen.
ü  Umur panen (HST), diamati pada tanaman sesuai dengan kriteria panen sesuai jenis tanaman.
ü  Berat bagian ekonomis (gram), diukur bagian tanaman yang digunakan saat dipasarkan pada akhir pengamatan. 































IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN






















2. Pembahasan
Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa Inggris. Istilah ini berasal dari dua kata, yaitu vertical dan culture. Di bidang pertanian, pengertian vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Suatu teknik atau cara budidaya tanaman semusim (khusunya sayuran) pada lahan terbatas yang diatur secara bersusun menggunakan bangunan/tempat khusus atau model wadah tertentu dengan menerapkan paket teknologi maju, serta komoditas yang diusahakan bernilai ekonomi tinggi.
Dalam pelaksanaannya praktikum ini untuk pengairan dan pemberian nutrisi diberikan dalam bentuk pengairan tetes. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi waktu, dan untuk deras tidak aliran dapat diatur sehingga dapat diperhitungkan kapan waktu untuk mengisinya kembali.
Vertikultur merupakan salah satu cara budidaya yang efektif untuk dilaksanakan di daerah yang tidak memiliki lahan luas, seperti di perkotaan. Budidaya secara vertikultur tanaman ditanam pada wadah yang disusun secara bertingkat sehingga pada lahan yang sempit dapat memperoleh hasil yang cukup banyak. Budidaya secara vertikultur juga menghematan penggunaan pupuk dan air.
Pada hasil pengamatan vertkultur tanaman cabe dan sawi. Pada pengamatan pertama pertumbuhan sangat baik. Tetapi pada pengamatan minggu ke-3 ada 3 sampel mati hal ini dikarenakan nutrisi yang beredar kandungan nutrisinya sudah semakin rendahh sehingga banyak tanaman yang akhirya mati. Pada minggu ke 3 sudah muncul tunas tetapi ada sebagian yang belum muncul pada tanaman cabe. Pada tanaman sawi pertumbuhan juga baik dari hari kehari mengalami pertambahan tinggi dan jumlah daun.






V.                KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Suatu teknik atau cara budidaya tanaman semusim (khusunya sayuran) pada lahan terbatas yang diatur secara bersusun menggunakan bangunan/tempat khusus atau model wadah tertentu dengan menerapkan paket teknologi maju, serta komoditas yang diusahakan bernilai ekonomi tinggi
Vertikultur merupakan salah satu cara budidaya yang efektif untuk dilaksanakan di daerah yang tidak memiliki lahan luas, seperti di perkotaan.
Pada hasil pengamatan vertkultur tanaman cabe dan sawi. Pada pengamatan pertama pertumbuhan sangat baik. Tetapi pada pengamatan minggu ke-3 ada 3 sampel mati hal ini dikarenakan nutrisi yang beredar kandungan nutrisinya sudah semakin rendah sehingga banyak tanaman yang akhirnya mati.
























DAFTAR PUSTAKA


Agustono, Rohadi, dan Hendrawan. 2005. Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum annum) pada Beberapa Jenis Pupuk Organik dan Anorganik. J. Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” 9 (1) April 2005.
Anonim. 20010. OPINI: Solusi Bertanam di Ruang Sempit dan Padat. http://www.studiolanskap.or.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=22. Diakses pada 2 Januari 2009
Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, dan H. Sunarjono. 1995. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pramono, H. 2002. Pemupukan Casting Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) di Tanah Regosol. Jurnal Panel Agronomika 2 (1): 51 – 62.
Sutapradja, H. 1996. Kaitan Antara Pemberian Cu dan dosis K, Mg, Serta Ca Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah. Jurnal Hortikultura 5 (5): 39–44.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar