PROPOSAL KULIAH LAPANGAN
PROGRAM
PEMBIBITAN KARET
KLON UNGGUL SECARA OKULASI UNTUK MENINGKATKAN PRUDUKSI LATEKS
DI BPP SUMBAWA
SUMATERA SELATAN
Disusun
Oleh :
Nama : Ridwan Diaguna
NIM : 2011011005
PROGRAM
STRATA 1
AGROTEKNOLOGI
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN, PERIKANAN DAN
BIOLOGI
UNIVERSITAS
BANGKA BELITUNG
BALUN
IJUK
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa di bawah ini :
Nama : Ridwan
Diaguna
NIM : 2011011005
Alamat : Desa
Ranggung Kec. Payung Kab. Bangka Selatan
Tempat kuliah lapangan: BPP Sumbawa, Musi Banyu Asin
Sumatera Selatan
Tema/Judul: Pembibitan Tanaman Karet Secara Okulasi Untuk
Menghasilkan Klon Unggul di BPP Sumbawa.
Disetujui untuk melaksanakan tugas akhir pada tanggal 9 Juli-9 Agustus 2012
Balun
Ijuk, 12 Juni 2012
Pembimbing I Pebimbing II
DR. Ir.
Ismed Inonu, M.Si .
. . . . . . . . . . . .
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi
DR.
Ir. Ismed Inonu, M,Si
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Kuliah Lapangan yang berjudul “Program Pembibitan
Karet Klon Unggul Secara Okulasi Untuk Meningkatkan Pruduksi Lateks di BPP
Sumbawa Sumatera Selatan”
tanpa adanya halangan dan hambatan.
Penyusunan Proposal ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu syarat untuk mengikuti dan di setujui untuk melakukan kuliah lapangan. Di
mana Kuliah Lpangan ini menjadi salah satu beban SKS yang harus ditempuh untuk
memperoleh gelar Strata 1 Agroteknologi di Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi Universitas Bangka Belitung.
Semoga Penyusunan proposal ini menjadi
gerbang perluasan wawasan pengetahuan penulis mengenai pembibitan
karet dalam rangka menciptakan klon unggul yang menghasilkan lateks tinggi
khususnya dan pengetahuan tentang karet secara umum.
Dalam Penyusunan Proposal ini penulis telah berusaha sebaik-baiknya dalam
menyelesaikan ini, tetapi penulis tetap manusia biasa yang masih miliki
kekurangan dalam hal penulisan maupun teknik pembuatan proposal kuliah
lapangan ini. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan Proposal kuliah lapangan ini.
Dalam penulisan proposal kuliah Lapangan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, teman-teman
penulis, serta kepada Dosen-Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada penulis sehingga Proposal Kuliah
Lapangan ini dapat terselesaikan.
Juni, 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
......................................................................................
i
Halaman Pengesahan
..........................................................................
ii
Kata Pengantar
...................................................................................
iii
Daftar Isi
..............................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
................................................................... 1
I.2.
Tujuan .................................................................................
2
I.3.
Manfaat
...............................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
Botani dan Morfologi
........................................................ 4
II.1.1.
Botani
.......................................................................
4
II.1.2.
Morfologi .................................................................. 4
II.2.
Syarat Tumbuh .................................................................
5
II.2.1.
Iklim
.........................................................................
6
II.2.2.
Tanah
.......................................................................
7
II.3.
Pembibitan ..........................................................................
8
II.3.1.
Okulasi
..................................................................... 8
II.3.2.
Tahapan Okulasi
..................................................... 9
II.3.3.
Teknik Okulasi ......................................................
10
II.4.
Bibit Klonal
......................................................................
11
BAB III METODE KULIAH LAPANGAN
III.1.
Waktu dan Tempat
....................................................... 12
III.2.
Alat dan Bahan
.............................................................. 13
III.3.
Cara Kerja
..................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................
15
LAMPIRAN
......................................................................................
16
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Tanaman karet termasuk famili Euphorbiaceae
atau tanaman getah-getahan. Mengingat manfaat dan kegunaannya, tanaman ini
digolongkan kedalam tanaman industri.Indonesia mempunyai potensi usaha
yang sangat besar untuk menjadi produsen utama karet alam dunia. Selain iklim
dan lingkungan yang memenuhi syarat bagi pertumbuhan dan perkembangan,
Indonesia juga mempunyai tenaga kerja yang relatif banyak. Areal yang luas dan
tenaga kerja yang banyak tidak memberikan hasil yang optimum apabila tidak
ditunjang dengan kemauan dan kemampuan penerapan teknologi (Sianturi
2001).
Posisi
Indonesia sebagai pemasok karet dunia tidak diikuti langkah-langkah dalam
mempertahankannya diantaranya perluasan lahan dan pemeliharaan tanaman yang
dilakukan secara intensif. Selain itu peremajaan tanaman dengan klon baru
jarang dilakukan, bahkan klon baru yang dapat menghasilkan produksi lebih
banyak jarang dikenal oleh petani (Tim Penulis Penebar Swadaya 2007).
Sehubungan dengan peningkatan kebutuhan karet maka
diperlukan teknologi dalam hal pengelolaan karet, salah satunya dengan
pengelolaan bahan tanam karet yang memiliki daya produksi tinggi. Bahan tanam
karet yang dianjurkan adalah bahan tanaman klon yang diperbanyak secara okulasi
(Setiawan dan Andoko 2005). Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan
tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke
tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi
akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa
setum mata tidur (Tim Penulis Penebar swadaya 2007).
Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan
tanam klon sangat menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa
tanaman belum menghasilkan lebih cepat, tanaman lebih seragam sehingga produksi
pada tahun sadap pertama lebih tinggi serta memiliki sifat sekunder yang
diinginkan seperti relatif tahan terhadap penyakit tertentu, batang kokoh,
responsive terhadap stimulan dan pupuk, serta volume kayu perpohon tinggi
(Setiawan dan Andoko 2005).
Bangka Belitung
adalah daerah yang banyak sekali rakyatnya mengusahakan perkebunan karet secara
skala perkebunan rakyat. Keadaan Bangka Belitung yang merupakan daerah
kepulauan dan kurang adanya sumber daya manusia yang mengerti tentang bahan
tanam yang baik menjadi polemik tersendiri bagi dunia perkebunan karet di Bangka
Belitung saat ini.
Pada hal bahan
tanam karet yang baik itu adalah bahan tanam yag didapatkan dari hasil okulasi.
Namun, karet yang ditanam oleh petani karet di bangka belitung adalah karet
yang berasal dari biji sehingga pertumbuhannya tidak seragam, produksi
lateksnya rendah.
Hal itu adalah
tantangan bagi mahasiswa yang studi di jurusan pertanian untuk memberikan
solusinya. Salah satunya adalah dengan melakukan Kuliah lapangan berupa kuliah
praktek lapangan yang diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa
terutama yang berkenaan dengan pembibitan karet, yang salah satu tempat
terbaiknya adalah Balai Penelitian Karet BPP Sumbawa Sumatera Selatan. Setelah
Kuliah Lapangan di BPP ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan okulasi sendiri
untuk menghasilkan bahan tanam (bibit) karet yang baik untuk ditanam dengan
pertumbuhan seragam dan produksi lateksna tinggi.
I.2. Tujuan
- Mengetahui cara-cara pembibitan karet unggul secara okulasi di BPP Sumbawa.
- Mengetahui teknik-teknik okulasi pada tanaman karet.
- Mengetahui jenis-jenis bibit karet klonal.
- Mengetahui tahapan-tahapan okulasi karet di BPP Sumbawa .
- Mengetahui Penelitian-penelitian Karet yang sedang dilaksanakan di BPP Sumbawa.
I.3. Manfaat
1. Bagi
BPP Sumbawa
a.
Sebagai
sarana untuk memperkenalkan hasil-hasil penelitian yang telah berhasil
dilaksanakan.
b.
Dapat
berpartisipasi dalam pengembangan profesionalisme, keterampilan
dan mutu pendidikan.
c.
Menjalin
hubungan baik dengan lembaga pendidikan Universitas Bangka Belitung, khususnya Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi.
2. Bagi Mahasiswa
a.
Sebagai
sarana untuk memperluas pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa dalam penerapan
ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah.
b.
Sebagai
sarana untuk memperdalam mengenai materi yang diambil yang berhubungan dengan
tema tersebut.
c. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung, sehingga
dapat membandingkan antara teori yang diperoleh dengan pengaplikasiannya di
lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
Botani Dan Morfologi
II.1.1. Botani
Klasifikasi
tanaman karet menurut (Setiawan dan Andoko 2005) yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiareae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg
II.1.2. Morfologi
Tanaman karet berupa pohon, ketinggiannya dapat mencapai 30-40 meter.
Sistem perakarannya padat/kompak, akar tunggangnya dapat menghunjam tanah
hingga kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10
meter. Tanaman karet berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 meter dengan
diameter batang cukup besar (Tim Penulis Penebar Swadaya 2007).
1. Batang
Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan percabangan dibagian
atas. Dibatang inilah terkandung getah yang lebih terkenal dengan nama lateks
(Tim Penulis Penebar Swadaya 2007).
2. Daun
Daun berselang-seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin
berkilat. Petiola tipis, hijau dan berpanjang 3,5-30 cm. Helaian anak daun
bertangkai pendek dan berbentuk lonjong oblong. Tanaman karet adalah tanaman
berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk bunga majemuk
terdapat bunga betina dan bunga jantan (Sianturi 2001).
3. Bunga
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina.
Bunga karet biasanya terletak di antara payung
satu dengan payung yang lain dengan jarak antar payung cukup jauh.
Kepala putik pada bunga ini berjumlah tiga buah sedangkan bunga jantan
memiliki sepuluh benang sari yang menyatu (Tim Penulis Penebar Swadaya 2007).
4. Buah
Buah karet dengan diameter 3-5 cm, terbentuk dari penyerbukan bunga
karet dan memiliki pembagian ruangan yang jelas, biasanya 3-6 ruang. Setiap
ruangan berbentuk setengah bola. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah.
Jadi, jumlah biji biasanya tiga, kadang enam. Ukuran biji besar dengan kulit
keras. Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak-bercak berpola khas.
II.2. Syarat
Tumbuh
II.2.1. Iklim
Tanaman karet dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi pada kondisi
iklim sebagai berikut, yaitu didataran rendah sampai dengan ketinggian 200 m
diatas permukaan laut, suhu optimal 28. Daerah yang cocok untuk tanaman karet
adalah pada zone antara 15 dan 15. Bila ditanam diluar zone tersebut,
pertumbuhannya agak lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat (Sianturi
2001).
Vegetasi yang sesuai untuk kondisi lintang tersebut adalah hutan hujan
tropis yang disertai dengan suhu panas dan kelembaban tinggi. Curah hujan
rata-rata yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman karet adalah sekitar 2000 mm per
tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari.
II.2.2.
Tanah
Tanah yang dikehendaki adalah bersolom dalam, jeluk lapisan padas lebih
dari 1 m, permukaan air tanah rendah yaitu 1 m. Sangat toleran terhadap
keasaman tanah, dapat tumbuh pada hingga 8,0 (Sianturi 2001).
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada
tanah-tanah vulkanis muda ataupun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah
gambut. Tanah-tanah vukanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup
baik, terutama dari segi struktur, tekstur, kedalaman air tanah, aerase, dan
drainasenya (Setiawan dan Andoko 2005).
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah
berpasir hingga laterit merah dan podsolik kuning, tanah abu gunung, tanah
berliat serta tanah yang mengandung peat. Tampaknya tanaman karet tidak
memerlukan kesuburan tanah yang khusus ataupun topografi tertentu (Sianturi
2001).
Menurut Setyamidjaja (1993) sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet
sebagai berikut:
- Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak
terdapat batu-batuan.
- Aerasi dan drainase baik
- Remah, porus dan dapat menyimpan air
- Tekstur terdiri dari atas 35 % liat dan 30 % pasir
- Tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal
dari 20 cm
- Kandungan unsur hara N, P dan K cukup dan tidak
berkurang unsur mikro
- pH 4,5-6,5
- kemiringan tidak lebih dari 16 %
II.3. Pembibitan
Pembibitan merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk mendapatkan atau
memperbanyak bahan tanam dengan cara vegetatif ataupun generatif, yang akan
ditanam di lapangan. Pada tanaman karet bibit diperoleh dengan cara perbanyakan
metode okulasi (Penebar Swadaya 2007).
II.3.1. Okulasi
Dalam pelaksanaan program peremajaan areal baru
dianjurkan menggunakan bibit okulasi. Bibit okulasi ini merupakan satu-satunya
cara pengembangbiakan tanaman secara vegetatif pada tanaman karet.
Okulasi merupakan penempelan mata tunas dari tanaman batang
ats ke tanaman batang bawah yang
keduanya bersifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-sifat
baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan
pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar
produksi bisa lebih tinggi (Penebar Swadaya 2007).
Menurut sejarahnya, pertama kali okulasi berhasil dibuat
diperkebunan pasir waringin pada tahun 1913. Ditempat ini terdapat pohon hasil
okulasi tertua ditanam tahun 1916. Pohon-pohon yang ditanam itu hingga kini
masih tetap disadap dan berproduksi normal dengan keadaan pemulihan kulit yang
normal pula.
II.3.2. Tahapan Okulasi
Dalam kegiatan okulasi ada bebrapa hal yang harus
diperhatikan agar kegiatan okulasi ini bisa berhasil.
1. Batang Bawah
Batang bawah harus merupakan hasil
dari pembiakan generatif (dari biji) biji yang digunakan hendaknya berupa biji
karet yang minimal salah satu induknya sudah diketahui atau lebih baik lagi
bila keduanya diketahui asal induknya. Sebelum penempelan mata tunas (perisai)
pada batang bawah harus dibuat jendela, pembuatan jendela dilakukan dengan
hati-hati, dibuat sesuai dengan besar perisai yang akan ditempel dan ketika
mengupas kulit cambium tidak boleh terkena tangan/jari. Tanaman untuk batang
bawah dapat diokulasi sudah berumur 1-1,5 tahun atau sudah memiliki garis
tengah 2,5 cm, atau batangnya sudah sebesar pensil.
Klon-klon yang dianjurkan untuk
batang bawah diantaranya adalah GT I, LCB 1320, dan AVROS 2037. tanaman batang
bawah ditanam 1-1,5 tahun sebelum pelaksanaan okulasi. (Penebar Swadaya, 2007)
2. Batang Atas
Berbeda dengan batang bawah yang
diambil dari pembiakan generatif (dari biji), batang atas dapat diambil dari
tanaman yang berasal dari biji, hasil okulasi, atau tanaman lainya yang sudah
tua. Tanaman batang atas harus diketahui asal usulnyauntuk mempermudah
mengetahui hasil akhir okulasi. Klon-klon Anjuran untuk batang atas (entres)
adalah GT I, PR 107, PR 300, dan IRR 39. ( Penebar Swadaya, 2007).
3. Kebun Entres
Untuk
mengadakan pemuliaan klon tanaman karet, setiap kebun harus memiliki kebun
entres sendiri. Bahkan klon dapat diambil dari kebun seinduk dengan klon
terpilih atau dari balai penelitian.
(Penebar
Swadaya 2007) Areal kebun entres harus memenuhi syarat: tanahnya subur, rata
atau sedikit miring (50), dekat sunber air, bebas dari cendawan
akar, dan dibuat khusus untuk kebun entres. Untuk menghasilkan kayu okulasi
cokelat jarak tanam entresnya (100 x 100) cm setiap bedengan terdiri atas lima
baris dan setiap baris terdiri dari 20 batang. Bila akan dihasilkan kayu
okulasi hijau, jarak tanamnya (100 x 50) cm, tiap bedengan terdiri lima baris
dan tiap baris terdiri 20 batang. Diantara bedengan dibuatkan jalan selebar 150
cm termasuk parit.
Satu tanaman
berumur satu tahun akan menghasilkan 1 entres cokelat dengan 20 mata tunas
terpakai. Untuk tanaman yang sudah dua kali
dipotong sebanyak 6-8 taruk hijau, maka masing-masing taruk akan
menghasilkan 3-4 mata tuans atau sekitar 20 mata tunas terpakai. Okulasi yang
bisa diperoleh rata-rata 80%.
4. Mata Tunas
Mata tunas
terdapat pada kulit pohon. Semakin mudah bagian pohon, semakin tampak mata
tunasnya. Ada tiga jenis mata tunas yang tampak pada tanaman karet: mata daun,
mata sisik, dan mata bunga (Penebar Swadaya 2007). Mata daun dan mata sisik
dapat dipakai untuk okulasi, sedangkan mata bunga tidak bisa digunakan. Hal ini
disebabkan karena mata daun dan mata sisik bisa menghasilkan cabang baru yang
akhirnya akan digunakan sebagai kayu okulasi, sedangkan mata bunga hanya akan
menghasilkan bunga dan akhirnya gugur setelah beberapa waktu. Tanda dari mata
daun dan mata sisik adalah letak matanya jauh dari bekas kaki daun yang tekah
gugur. Untuk mata bunga ditandai dengan letaknya yang berdekatan dengan bekas
kaki daun dan banyak terdapat didahan. Kayu okulasi yang baik biasanya terdapat
20-25 mata tunas setiap meternya.
5. Perisai Dan Jiwa
Perisai adalah bagian kayu okulasi yang diiris dan akan
ditempelkan pada batang bawah. Pada perisai ini terdapat mata tunas sehingga
perisai terdiri dari mata tunas bersama sedikit kulit. Sedangkan jiwa merupakan
sebuah bintil yang terdapat di sebelah dalam kulit dan merupakan inti dari mata
tunas. Jika jiwa ini rusak atau terkena kotoran, maka okulasi tidak akan
berhasil (Penebar Swadaya 2007).
Pemotongan dilakukan agak dalam pada kayu okulasi agar
kayu ikut teriris. Hal ini dimaksudkan agar jiwa tidak rusak terkena pisau.
Potongan kayu yang teriris kemudian dikeluarkan secara perlahan karena tidak
akan ikut ditempelkan pada batang bawah.
II.3.3. Teknik Okulasi
Teknik mengokulasi tanaman karet ada tiga macam, yaitu
okulasi dini, okulasi hijau, dan okulasi cokelat. Ketiga teknik ini harus
benar-benar mengikuti persyratan langkah kerja agar dapat diperoleh bibit
tanaman yang baik.
Tabel teknik
okulasi dan perbedaannya
Teknik
okulasi
|
Umur batang
bawah
|
Umur,
ukuran, dan warna entres
|
Dini
|
3-4 Bulan
|
3-4 minggu, garis tengah 0,5 cm, hijau muda
|
Hijau
|
4-6 bulan
|
3-4 bulan, garis tengah 0,5-1 cm, Hijau
|
Cokelat
|
8-18 bulan
|
1-2 tahun,
garis tengah 2,5-4 cm, cokelat.
|
II.4. Bibit Unggul
Areal pengembangan perkebunan rakyat umumnya terletak
didaerah terpencil. Salah satu kendala pengembangan didaerah terpencil adalah
pengadaan bibit unggul yang secara teknologi dan genetika dapat diterapkan
untuk memproduksi hasil yang tinggi. Pengadaaan bibit unggul merupakan syarat
mutlak yang harus dipenuhi.
Tanaman karet dikatakan unggul bila potensi produksinya tinggi, tahan
penyakit, dan pembudidayaannya mudah. Dalam hal ini tanaman karet merupakan
tanaman klonal dengan sifat genetik yang sama karena diperbanyak dengan cara
vegetatif. Perkebunan karet memang dapat dibentuk dari bibit asal biji, tetapi
produksinya hanya berkisar 60% dari produksi tanaman klonal.
4.1. Jenis Bibit Klonal
Jenis bibit asal pembiakan okulasi yang selama ini
dipakai memiliki beberapa bentuk stadium. Setiap bentuk memiliki kebaikan dan
keburukan sendiri-sendiri yang didasarkan pada keadaan iklim, topografi,
teknologi, dan biaya. Berikut ini adalah lima macam bibit klonal:
4.1.1. Stum Mata
Tidur
Bibit stum mata tidur diperoleh dari bibit okulasi yang
tumbuh di pembibitan selama kurang dari 2 bulan setelah pemotongan. Biasanya
bibit yang terbentuk berakar tunggang satu atau bercabang. Bibit yang akar
tunggangnya bercabang tidak baik untuk dijadikan bibit (Penebar Swadaya 2007).
4.1.2. Stum Mini
Stum mini diperoleh dari bibit okulasi yang tumbuh di
pembibitan selama 8-12 bulan setelah pemotongan. Tunas yang tumbuh selama waktu
tersebut dipotong setinggi 50 cm di atas pertautan okulasi atau bekas tempelan (Penebar Swadaya 2007).
4.1.3. Stum Tinggi
Merupakan bibit okulasi yang tumbuh di pembibitan selama
2-2,5 tahun setelah bibit okulasi dipotong. Tunas yang tumbuh selama itu
dipotong dengan ketinggian 2,5-3 meter di atas pertautan okulasi (Penebar
Swadaya 2007).
4.1.4. Bibit Okulasi Dalam Kantong Plastik
Merupakan salah satu cara memeroleh bahan tanaman
berumur. Diperoleh dari penanaman bibit stum mata tidur dalam kantong plastik
hingga terbentuk 2-3 paung daun atau berumur 1 tahun, bahkan 6-7 payung daun
atau berumur 2 tahun (Penebar Swadaya 2007).
4.1.5. Bibit Sitem Sarung Dan Tapih
Bentuknya bisa berupa bibit stum mata tidur yang sudah
memiliki 1-3 payung daun atau sudah berbentuk stum mini. Cara pengadaannya
dengan menyarungi atau menapihi dengan plastik, media gambut, atau spagnum
(Penebar Swadaya 2007).
BAB
III
METODE
KULIAH LAPANGAN
III.1. Waktu dan Tempat
Kuliah Lapangan akan dilaksanakan di BPP Sumbawa Sumatera
Selatan. Kuliah Lapangan akan dilakukan selama 1 bulan terhitung sejak 9 Juli
sampai dengan 9 Agustus 2012.
III.2. Bahan dan Alat
Untuk
kegiatan kuliah lapangan okulasi karet, alat yang digunakan adalah pisau okulasi,
guntung stek, dan kain bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah pohon
entres, under stum (batang bawah), dan kertas coker (plastic pengikat).
III.3. Cara
Kerja
Kuliah lapangan dilakukan dengan tiga tiga cara kerja
yaitu berupa:
1.
Metode
Interview
Yaitu pengumpulan data dengan cara wawancara secara langsung kepada pihak
yang terkait untuk menggali berbagai informasi yang diperlukan.
2.
Metode
Observasi
Yaitu dengan cara
melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala dan fakta
yang dihadapi.
3.
Metode
Praktek kerja
Yaitu dengan cara melakukan pekerjaan dan mengaplikasikan
apa yang telah didapat dengan cara ikut mengokulasi karet.
DAFTAR PUSTAKA
Setyamidjaja,
D., 1993. Karet Budidaya Dan Pengolahan. Kanisius, Yogyakarta.
Sianturi H. 2001. Budidaya Tanaman Karet. Medan.USU Press.
Setiawan
dan Andoko A. 2005. Petunjuk Lengkap
Budidaya Karet. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
Tim Penulis Penebar Swadaya.
2007. Panduan Lengkap Karet. Jakarta:
Penebar Swadaya
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar