Laman

Rabu, 20 Juni 2012


PROPOSAL KULIAH LAPANGAN
PROGRAM PEMBIBITAN KARET KLON UNGGUL SECARA OKULASI UNTUK MENINGKATKAN PRUDUKSI LATEKS
DI BPP SUMBAWA SUMATERA SELATAN









Disusun Oleh :

                                    Nama              : Ridwan Diaguna
                                    NIM                : 2011011005


PROGRAM STRATA 1 AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
BALUN IJUK
                                                 2012
LEMBAR PENGESAHAN

Mahasiswa di bawah ini :
Nama                           : Ridwan Diaguna
NIM                            : 2011011005
Alamat                        : Desa Ranggung Kec. Payung Kab. Bangka Selatan
Tempat kuliah lapangan: BPP Sumbawa, Musi Banyu Asin Sumatera Selatan
Tema/Judul: Pembibitan Tanaman Karet Secara Okulasi Untuk Menghasilkan Klon Unggul di BPP Sumbawa.
Disetujui untuk melaksanakan tugas akhir pada tanggal 9 Juli-9 Agustus 2012
Balun Ijuk, 12 Juni 2012                                            
 Pembimbing I                                                                         Pebimbing II

DR. Ir. Ismed Inonu, M.Si                                                     . . . . . . . . . . . . .                        
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi


DR. Ir. Ismed Inonu, M,Si



KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Kuliah Lapangan yang berjudul “Program Pembibitan Karet Klon Unggul Secara Okulasi Untuk Meningkatkan Pruduksi Lateks di BPP Sumbawa Sumatera Selatan” tanpa adanya halangan dan hambatan.
Penyusunan Proposal ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti dan di setujui untuk melakukan kuliah lapangan. Di mana Kuliah Lpangan ini menjadi salah satu beban SKS yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar Strata 1 Agroteknologi di Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung.
Semoga Penyusunan proposal ini menjadi gerbang perluasan wawasan pengetahuan penulis mengenai pembibitan karet dalam rangka menciptakan klon unggul yang menghasilkan lateks tinggi khususnya dan pengetahuan tentang karet secara umum.
Dalam Penyusunan Proposal ini penulis telah berusaha sebaik-baiknya dalam menyelesaikan ini, tetapi penulis tetap manusia biasa yang masih miliki kekurangan dalam hal penulisan maupun teknik pembuatan proposal kuliah lapangan ini. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan Proposal kuliah lapangan ini.
Dalam penulisan proposal kuliah Lapangan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, teman-teman penulis, serta kepada Dosen-Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada penulis sehingga Proposal Kuliah Lapangan ini dapat terselesaikan.
                                                                                                            Juni, 2012
                                                                                                                             
                                                                                                                Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul  ...................................................................................... i
Halaman Pengesahan  .......................................................................... ii
Kata Pengantar  ................................................................................... iii
Daftar Isi  .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
           I.1. Latar Belakang  ................................................................... 1
           I.2. Tujuan  ................................................................................. 2
           I.3. Manfaat  ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
           II.1. Botani dan Morfologi  ........................................................ 4
                  II.1.1. Botani  ....................................................................... 4
                  II.1.2. Morfologi .................................................................. 4
           II.2. Syarat Tumbuh  ................................................................. 5
                  II.2.1. Iklim  ......................................................................... 6
                  II.2.2. Tanah  ....................................................................... 7
           II.3. Pembibitan .......................................................................... 8
                  II.3.1. Okulasi  ..................................................................... 8
                  II.3.2. Tahapan Okulasi  ..................................................... 9
                  II.3.3. Teknik Okulasi  ...................................................... 10
           II.4. Bibit Klonal  ...................................................................... 11
BAB III METODE KULIAH LAPANGAN
           III.1. Waktu dan Tempat  ....................................................... 12
           III.2. Alat dan Bahan  .............................................................. 13
           III.3. Cara Kerja  ..................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA  ....................................................................... 15
LAMPIRAN  ...................................................................................... 16


BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Tanaman karet termasuk famili Euphorbiaceae atau tanaman getah-getahan. Mengingat manfaat dan kegunaannya, tanaman ini digolongkan kedalam tanaman industri.Indonesia mempunyai potensi usaha yang sangat besar untuk menjadi produsen utama karet alam dunia. Selain iklim dan lingkungan yang memenuhi syarat bagi pertumbuhan dan perkembangan, Indonesia juga mempunyai tenaga kerja yang relatif banyak. Areal yang luas dan tenaga kerja yang banyak tidak memberikan hasil yang optimum apabila tidak ditunjang dengan kemauan dan kemampuan penerapan teknologi (Sianturi 2001).
Posisi Indonesia sebagai pemasok karet dunia tidak diikuti langkah-langkah dalam mempertahankannya diantaranya perluasan lahan dan pemeliharaan tanaman yang dilakukan secara intensif. Selain itu peremajaan tanaman dengan klon baru jarang dilakukan, bahkan klon baru yang dapat menghasilkan produksi lebih banyak jarang dikenal oleh petani (Tim Penulis Penebar Swadaya 2007).
Sehubungan dengan peningkatan kebutuhan karet maka diperlukan teknologi dalam hal pengelolaan karet, salah satunya dengan pengelolaan bahan tanam karet yang memiliki daya produksi tinggi. Bahan tanam karet yang dianjurkan adalah bahan tanaman klon yang diperbanyak secara okulasi (Setiawan dan Andoko 2005). Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam  karet  unggul berupa setum mata tidur (Tim Penulis Penebar swadaya 2007).
Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan tanam klon sangat menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa tanaman belum menghasilkan lebih cepat, tanaman lebih seragam sehingga produksi pada tahun sadap pertama lebih tinggi serta memiliki sifat sekunder yang diinginkan seperti relatif tahan terhadap penyakit tertentu, batang kokoh, responsive terhadap stimulan dan pupuk, serta volume kayu perpohon tinggi (Setiawan dan Andoko 2005).
Bangka Belitung adalah daerah yang banyak sekali rakyatnya mengusahakan perkebunan karet secara skala perkebunan rakyat. Keadaan Bangka Belitung yang merupakan daerah kepulauan dan kurang adanya sumber daya manusia yang mengerti tentang bahan tanam yang baik menjadi polemik tersendiri bagi dunia perkebunan karet di Bangka Belitung saat ini.
Pada hal bahan tanam karet yang baik itu adalah bahan tanam yag didapatkan dari hasil okulasi. Namun, karet yang ditanam oleh petani karet di bangka belitung adalah karet yang berasal dari biji sehingga pertumbuhannya tidak seragam, produksi lateksnya rendah.
Hal itu adalah tantangan bagi mahasiswa yang studi di jurusan pertanian untuk memberikan solusinya. Salah satunya adalah dengan melakukan Kuliah lapangan berupa kuliah praktek lapangan yang diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa terutama yang berkenaan dengan pembibitan karet, yang salah satu tempat terbaiknya adalah Balai Penelitian Karet BPP Sumbawa Sumatera Selatan. Setelah Kuliah Lapangan di BPP ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan okulasi sendiri untuk menghasilkan bahan tanam (bibit) karet yang baik untuk ditanam dengan pertumbuhan seragam dan produksi lateksna tinggi.

I.2. Tujuan
  1. Mengetahui cara-cara pembibitan karet unggul secara okulasi di BPP Sumbawa.
  2. Mengetahui teknik-teknik okulasi pada tanaman karet.
  3. Mengetahui jenis-jenis bibit karet klonal.
  4. Mengetahui tahapan-tahapan okulasi karet di BPP Sumbawa .
  5. Mengetahui Penelitian-penelitian Karet yang sedang dilaksanakan di BPP Sumbawa.
I.3. Manfaat
1. Bagi BPP Sumbawa
a.    Sebagai sarana untuk memperkenalkan hasil-hasil penelitian yang telah berhasil dilaksanakan.
b.    Dapat berpartisipasi dalam pengembangan profesionalisme, keterampilan dan mutu pendidikan.
c.    Menjalin hubungan baik dengan lembaga pendidikan Universitas Bangka Belitung, khususnya Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi.

2. Bagi Mahasiswa
a.    Sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa dalam penerapan ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah.
b.    Sebagai sarana untuk memperdalam mengenai materi yang diambil yang berhubungan dengan tema tersebut.
c.    Memperoleh pengalaman kerja secara langsung, sehingga dapat membandingkan antara teori yang diperoleh dengan pengaplikasiannya di lapangan.







  

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Botani Dan Morfologi
II.1.1.  Botani
Klasifikasi tanaman karet menurut (Setiawan dan Andoko 2005) yaitu sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae
Divisio : Spermatophyta
                    Sub-divisio    : Angiospermae
Kelas   : Dicotyledonae
Ordo    : Euphorbiales
Famili  : Euphorbiareae
Genus  : Hevea
Spesies            : Hevea brasiliensis Muell. Arg

II.1.2. Morfologi
Tanaman karet berupa pohon, ketinggiannya dapat mencapai 30-40 meter. Sistem perakarannya padat/kompak, akar tunggangnya dapat menghunjam tanah hingga kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 meter. Tanaman karet berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 meter dengan diameter batang cukup besar (Tim Penulis Penebar Swadaya 2007).
1. Batang
Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan percabangan dibagian atas. Dibatang inilah terkandung getah yang lebih terkenal dengan nama lateks (Tim Penulis Penebar Swadaya 2007).
2. Daun
Daun berselang-seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau dan berpanjang 3,5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong oblong. Tanaman karet adalah tanaman berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan (Sianturi 2001).
3. Bunga
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Bunga karet biasanya terletak di antara payung satu dengan payung yang lain dengan jarak antar payung cukup jauh. Kepala putik pada bunga ini berjumlah tiga buah sedangkan bunga jantan memiliki sepuluh benang sari yang menyatu (Tim Penulis Penebar Swadaya 2007).
4. Buah
Buah karet dengan diameter 3-5 cm, terbentuk dari penyerbukan bunga karet dan memiliki pembagian ruangan yang jelas, biasanya 3-6 ruang. Setiap ruangan berbentuk setengah bola. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga, kadang enam. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak-bercak berpola khas.

 II.2. Syarat Tumbuh
II.2.1. Iklim
Tanaman karet dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi pada kondisi iklim sebagai berikut, yaitu didataran rendah sampai dengan ketinggian 200 m diatas permukaan laut, suhu optimal 28. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15 dan 15. Bila ditanam diluar zone tersebut, pertumbuhannya agak lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat (Sianturi 2001).
Vegetasi yang sesuai untuk kondisi lintang tersebut adalah hutan hujan tropis yang disertai dengan suhu panas dan kelembaban tinggi. Curah hujan rata-rata yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman karet adalah sekitar 2000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari.
II.2.2. Tanah
Tanah yang dikehendaki adalah bersolom dalam, jeluk lapisan padas lebih dari 1 m, permukaan air tanah rendah yaitu 1 m. Sangat toleran terhadap keasaman tanah, dapat tumbuh pada hingga 8,0 (Sianturi 2001).
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah vulkanis muda ataupun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah vukanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik, terutama dari segi struktur, tekstur, kedalaman air tanah, aerase, dan drainasenya (Setiawan dan Andoko 2005).
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah berpasir hingga laterit merah dan podsolik kuning, tanah abu gunung, tanah berliat serta tanah yang mengandung peat. Tampaknya tanaman karet tidak memerlukan kesuburan tanah yang khusus ataupun topografi tertentu (Sianturi 2001).
Menurut Setyamidjaja (1993) sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet sebagai berikut:
- Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat batu-batuan.
- Aerasi dan drainase baik
- Remah, porus dan dapat menyimpan air
- Tekstur terdiri dari atas 35 % liat dan 30 % pasir
- Tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm
- Kandungan unsur hara N, P dan K cukup dan tidak berkurang unsur mikro
- pH 4,5-6,5
- kemiringan tidak lebih dari 16 %

II.3. Pembibitan
Pembibitan merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk mendapatkan atau memperbanyak bahan tanam dengan cara vegetatif ataupun generatif, yang akan ditanam di lapangan. Pada tanaman karet bibit diperoleh dengan cara perbanyakan metode okulasi (Penebar Swadaya 2007).
II.3.1. Okulasi
Dalam pelaksanaan program peremajaan areal baru dianjurkan menggunakan bibit okulasi. Bibit okulasi ini merupakan satu-satunya cara pengembangbiakan tanaman secara vegetatif pada tanaman karet.
Okulasi merupakan penempelan mata tunas dari tanaman batang ats ke  tanaman batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar produksi bisa lebih tinggi (Penebar Swadaya 2007).
Menurut sejarahnya, pertama kali okulasi berhasil dibuat diperkebunan pasir waringin pada tahun 1913. Ditempat ini terdapat pohon hasil okulasi tertua ditanam tahun 1916. Pohon-pohon yang ditanam itu hingga kini masih tetap disadap dan berproduksi normal dengan keadaan pemulihan kulit yang normal pula.

II.3.2. Tahapan Okulasi
Dalam kegiatan okulasi ada bebrapa hal yang harus diperhatikan agar kegiatan okulasi ini bisa berhasil.
1. Batang Bawah
Batang bawah harus merupakan hasil dari pembiakan generatif (dari biji) biji yang digunakan hendaknya berupa biji karet yang minimal salah satu induknya sudah diketahui atau lebih baik lagi bila keduanya diketahui asal induknya. Sebelum penempelan mata tunas (perisai) pada batang bawah harus dibuat jendela, pembuatan jendela dilakukan dengan hati-hati, dibuat sesuai dengan besar perisai yang akan ditempel dan ketika mengupas kulit cambium tidak boleh terkena tangan/jari. Tanaman untuk batang bawah dapat diokulasi sudah berumur 1-1,5 tahun atau sudah memiliki garis tengah 2,5 cm, atau batangnya sudah sebesar pensil.
Klon-klon yang dianjurkan untuk batang bawah diantaranya adalah GT I, LCB 1320, dan AVROS 2037. tanaman batang bawah ditanam 1-1,5 tahun sebelum pelaksanaan okulasi. (Penebar Swadaya, 2007)
2. Batang Atas
Berbeda dengan batang bawah yang diambil dari pembiakan generatif (dari biji), batang atas dapat diambil dari tanaman yang berasal dari biji, hasil okulasi, atau tanaman lainya yang sudah tua. Tanaman batang atas harus diketahui asal usulnyauntuk mempermudah mengetahui hasil akhir okulasi. Klon-klon Anjuran untuk batang atas (entres) adalah GT I, PR 107, PR 300, dan IRR 39. ( Penebar Swadaya, 2007).
3. Kebun Entres
Untuk mengadakan pemuliaan klon tanaman karet, setiap kebun harus memiliki kebun entres sendiri. Bahkan klon dapat diambil dari kebun seinduk dengan klon terpilih atau dari balai penelitian.
(Penebar Swadaya 2007) Areal kebun entres harus memenuhi syarat: tanahnya subur, rata atau sedikit miring (50), dekat sunber air, bebas dari cendawan akar, dan dibuat khusus untuk kebun entres. Untuk menghasilkan kayu okulasi cokelat jarak tanam entresnya (100 x 100) cm setiap bedengan terdiri atas lima baris dan setiap baris terdiri dari 20 batang. Bila akan dihasilkan kayu okulasi hijau, jarak tanamnya (100 x 50) cm, tiap bedengan terdiri lima baris dan tiap baris terdiri 20 batang. Diantara bedengan dibuatkan jalan selebar 150 cm termasuk parit.
Satu tanaman berumur satu tahun akan menghasilkan 1 entres cokelat dengan 20 mata tunas terpakai. Untuk tanaman yang sudah dua kali  dipotong sebanyak 6-8 taruk hijau, maka masing-masing taruk akan menghasilkan 3-4 mata tuans atau sekitar 20 mata tunas terpakai. Okulasi yang bisa diperoleh rata-rata 80%. 
4. Mata Tunas
Mata tunas terdapat pada kulit pohon. Semakin mudah bagian pohon, semakin tampak mata tunasnya. Ada tiga jenis mata tunas yang tampak pada tanaman karet: mata daun, mata sisik, dan mata bunga (Penebar Swadaya 2007). Mata daun dan mata sisik dapat dipakai untuk okulasi, sedangkan mata bunga tidak bisa digunakan. Hal ini disebabkan karena mata daun dan mata sisik bisa menghasilkan cabang baru yang akhirnya akan digunakan sebagai kayu okulasi, sedangkan mata bunga hanya akan menghasilkan bunga dan akhirnya gugur setelah beberapa waktu. Tanda dari mata daun dan mata sisik adalah letak matanya jauh dari bekas kaki daun yang tekah gugur. Untuk mata bunga ditandai dengan letaknya yang berdekatan dengan bekas kaki daun dan banyak terdapat didahan. Kayu okulasi yang baik biasanya terdapat 20-25 mata tunas setiap meternya.
5. Perisai Dan Jiwa
Perisai adalah bagian kayu okulasi yang diiris dan akan ditempelkan pada batang bawah. Pada perisai ini terdapat mata tunas sehingga perisai terdiri dari mata tunas bersama sedikit kulit. Sedangkan jiwa merupakan sebuah bintil yang terdapat di sebelah dalam kulit dan merupakan inti dari mata tunas. Jika jiwa ini rusak atau terkena kotoran, maka okulasi tidak akan berhasil (Penebar Swadaya 2007).
Pemotongan dilakukan agak dalam pada kayu okulasi agar kayu ikut teriris. Hal ini dimaksudkan agar jiwa tidak rusak terkena pisau. Potongan kayu yang teriris kemudian dikeluarkan secara perlahan karena tidak akan ikut ditempelkan pada batang bawah.

II.3.3. Teknik Okulasi
Teknik mengokulasi tanaman karet ada tiga macam, yaitu okulasi dini, okulasi hijau, dan okulasi cokelat. Ketiga teknik ini harus benar-benar mengikuti persyratan langkah kerja agar dapat diperoleh bibit tanaman yang baik.



Tabel teknik okulasi dan perbedaannya
Teknik okulasi
Umur batang bawah
Umur, ukuran, dan warna entres
Dini
3-4  Bulan
3-4  minggu, garis tengah 0,5 cm, hijau muda
Hijau
4-6  bulan
3-4 bulan, garis tengah 0,5-1 cm, Hijau
Cokelat
8-18 bulan
1-2 tahun, garis tengah 2,5-4 cm, cokelat.

II.4. Bibit Unggul
Areal pengembangan perkebunan rakyat umumnya terletak didaerah terpencil. Salah satu kendala pengembangan didaerah terpencil adalah pengadaan bibit unggul yang secara teknologi dan genetika dapat diterapkan untuk memproduksi hasil yang tinggi. Pengadaaan bibit unggul merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi.
Tanaman karet dikatakan unggul bila potensi produksinya tinggi, tahan penyakit, dan pembudidayaannya mudah. Dalam hal ini tanaman karet merupakan tanaman klonal dengan sifat genetik yang sama karena diperbanyak dengan cara vegetatif. Perkebunan karet memang dapat dibentuk dari bibit asal biji, tetapi produksinya hanya berkisar 60% dari produksi tanaman klonal.
4.1. Jenis Bibit Klonal
Jenis bibit asal pembiakan okulasi yang selama ini dipakai memiliki beberapa bentuk stadium. Setiap bentuk memiliki kebaikan dan keburukan sendiri-sendiri yang didasarkan pada keadaan iklim, topografi, teknologi, dan biaya. Berikut ini adalah lima macam bibit klonal:
4.1.1. Stum  Mata Tidur
Bibit stum mata tidur diperoleh dari bibit okulasi yang tumbuh di pembibitan selama kurang dari 2 bulan setelah pemotongan. Biasanya bibit yang terbentuk berakar tunggang satu atau bercabang. Bibit yang akar tunggangnya bercabang tidak baik untuk dijadikan bibit (Penebar Swadaya 2007).
4.1.2. Stum Mini
Stum mini diperoleh dari bibit okulasi yang tumbuh di pembibitan selama 8-12 bulan setelah pemotongan. Tunas yang tumbuh selama waktu tersebut dipotong setinggi 50 cm di atas pertautan okulasi atau bekas  tempelan (Penebar Swadaya 2007).
4.1.3. Stum Tinggi
Merupakan bibit okulasi yang tumbuh di pembibitan selama 2-2,5 tahun setelah bibit okulasi dipotong. Tunas yang tumbuh selama itu dipotong dengan ketinggian 2,5-3 meter di atas pertautan okulasi (Penebar Swadaya 2007).
4.1.4. Bibit Okulasi Dalam Kantong Plastik
Merupakan salah satu cara memeroleh bahan tanaman berumur. Diperoleh dari penanaman bibit stum mata tidur dalam kantong plastik hingga terbentuk 2-3 paung daun atau berumur 1 tahun, bahkan 6-7 payung daun atau berumur 2 tahun (Penebar Swadaya 2007).
4.1.5. Bibit Sitem Sarung Dan Tapih
Bentuknya bisa berupa bibit stum mata tidur yang sudah memiliki 1-3 payung daun atau sudah berbentuk stum mini. Cara pengadaannya dengan menyarungi atau menapihi dengan plastik, media gambut, atau spagnum (Penebar Swadaya 2007).
    







BAB III
METODE KULIAH LAPANGAN

III.1. Waktu dan Tempat
Kuliah Lapangan akan dilaksanakan di BPP Sumbawa Sumatera Selatan. Kuliah Lapangan akan dilakukan selama 1 bulan terhitung sejak 9 Juli sampai dengan 9 Agustus 2012.

III.2. Bahan dan Alat
Untuk kegiatan kuliah lapangan okulasi karet, alat yang digunakan adalah pisau okulasi, guntung stek, dan kain bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah pohon entres, under stum (batang bawah), dan kertas coker (plastic pengikat).

III.3. Cara Kerja
Kuliah lapangan dilakukan dengan tiga tiga cara kerja yaitu berupa:
1.    Metode Interview
Yaitu pengumpulan data dengan cara wawancara secara langsung kepada pihak yang terkait untuk menggali berbagai informasi yang diperlukan.
2.    Metode Observasi
Yaitu dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala dan fakta yang dihadapi.
3.      Metode Praktek kerja
Yaitu dengan cara melakukan pekerjaan dan mengaplikasikan apa yang telah didapat dengan cara ikut mengokulasi karet.



DAFTAR PUSTAKA

Setyamidjaja, D., 1993. Karet Budidaya Dan Pengolahan. Kanisius, Yogyakarta.
Sianturi H. 2001. Budidaya Tanaman Karet. Medan.USU Press.
Setiawan dan Andoko A. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
Tim Penulis Penebar Swadaya. 2007. Panduan Lengkap Karet. Jakarta: Penebar Swadaya






















LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar