Laman

Rabu, 20 Juni 2012


Genetika Tanaman Kenikir ((Cosmos caudatus Kunth.)
Ridwan Diaguna
Abstract



Kenikir (Cosmos caudatus Kunth) merupakan tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai tanaman hias ataupun obat-obatan. Kenikir termasuk kedalam marga cosmos, yang memilik bunga berwaran kuning dan daun berwaran hijau dengan bentuk gempolan 5. Mengandung sejumlah bahan kimia seperti saponin, minyak atsiri dan flavonoid folifenol. Tanaman ini tidak memiliki keragaman genetik.
Keyword: Kenikir, Khasiat, Morfologi, dan otani

Kkk
 





I.                   Ke



I.                   PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Hasil kunjungan kami ketaman bunga pada Fieldtrip 2 April 2012 kemarin salah satunya adalah ke taman bunga Nusantara. Di taman bunga ini kami disuguhkan pemandangan yang sangat luarbiasa berupa tatanan menarik dan keindahan dari banyak jenis tanaman hias.
Bunga yang pertama sekali secara tidak sengaja saya lihat waktu berada di taman bunga adalah bunga kenikir  (Cosmos caudatus Kunth.). Merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki kekhasan yang berbeda dengan beberapa bunga lainnya. Jika kebanyakan bunga yang ada di taman bunga itu menimbulkan aroma wangi lain halnnya dengan bunga yang satu ini, aroma yang dimunculkan bunga ini justru sebaliknya aromanya bau busuk.
Di taman bunga nusantara, tanaman ini ditata dengan begitu indahnya membentuk suatu pagar alami. Tanaman yang di bangka tidak sama sekali dilihat peranannya dari sudut manapun. Untaian bunganya yang berwarna kuning kekuningan yang berpadu indah dengan warna daunnya yag hijau.
Di sebagian daerah lokal bangka, tanaman ini biasanya disebut dengan nama tanaman tai ayam. Penamaan ini berdasarkan kepada ciri kekhasan aromanya yang menimbulkan bau busuk layaknya bau kotoran ayam. Tanaman ini bisa ditemukan hampir disemua lokasi di bangka ini.
Namun ada yang menarik dari bunga ini, ternyata dari sedikit wawancara saya dengan pemandu di wisata taman bunga saat itu “kenikir ini memiliki kasiat sebagai obat”. Setibanya di Bangka saya mencoba menulusuri tanaman ini lebih intensif melalui penggalian informasi di jaringan internet.
Kemudian muncul pemikiran akan khasiat yang dimiliki oleh tanaman ini. Mungkin tanaman ini jika di budidayakan secara intensif dan penggalian khasiatnya lebih dalam akan menimbulkan prosfek ekonomi dan menjadikan kenikir ini menjadi salah satu tanaman obat yang ekonomis untuk dibudidayakan.      

I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah morfologi dan botani dari tanaman hias kenikir ini?
2. Apa kandungan kimia dan khasiat dari tanaman hais kenikir ini?
3. Apa saja bentuk keragaman genetik dari tanaman hias kenikir ini?
I.3. Maksud Dan Tujuan
1.Penulis mampu mengetahui morfologi dan botani dari kenikir.
2.Penulis mampu menggali kandungan dan khasiat dari kenikir.
3.Mencari dan mengetahui keragaman genetik dari kenikir.

II.                TINJAUAN PUSTAKA
Kenikir (Cosmos caudatus Kunth) merupakan anggota dari famili compositae. Tanaman ini berasal dari Amerika yang di introduksi ke Spanyol sampai Filipina. Tumbuhan ini berumur pendek, memiliki kandungan aromatik, dan dapat tumbuh hingga mencapai tiga meter. Tanaman memiliki daun majemuk, tersusun secara berlawanan dan menyirip dengan daun berwarna hijau. Bunga majemuk yang berbentuk bonggol yang panjangnya sekitar 5 cm, memiliki kelopak yang berbentuk seperti lonceng. Buah berbentuk seperti jarum, keras dan ujungnya berambut. Bijinya berukuran kecil, keras dan berwarna hitam. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah hingga mencapai ketinggian 1 600 m. Tanaman ini menyukai tempat yang memiliki intensitas sinar matahari tinggi (Van den Bergh, 1994).
Kenikir diperbanyak melalui biji. Biji disemai secara langsung di lapang atau melalui pembibitan. Semaian dari pembibitan dipindahkan ke lapang setelah berumur tiga minggu dengan rekomendasi jarak penanaman 25 cm x 25 cm. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik (10 ton/Ha) dan ditambah dengan pupuk urea sebanyak 200 kg/Ha. Pemupukan mempengaruhi kualitas daun. Setelah enam minggu, daun dapat dipanen dan pemanenan selanjutnya dilakukan setiap tiga minggu (Van den Bergh, 1994).
Setiap 100 gram daun kenikir mengandung air 93 g, protein 3 g, lemak 0.4 g, karbohidrat 0.4 g, serat 1.6 g, dan abu 1.6 g. Daun mengandung Ca (270 mg) dan vitamin A (0.9 mg). Nilai energi yang dikonsumsi sangat rendah sekitar 70 kJ/100 g. Daun juga mengandung minyak esensial (Van den Bergh, 1994).
Menurut Eka (2010), daun kenikir mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri. Secara tradisional, daun kenikir digunakan sebagai obat penambah nafsu makan, lemah lambung, penguat tulang dan pengusir serangga. Penelitian Kurniasih (2010) menemukan kandungan senyawa di dalam daun kenikir yang memiliki daya antioksidan yang cukup tinggi. Senyawa yang bersifat antioksidan dapat memacu proses apoptosis melalui jalur intrinsik (Jalur 4).
1.      Nama tanaman
Nama umum : Kenikir
Nama daerah: Sumatera : Ulam raja (Melayu), Kenikir (Jawa Tengah).
2.      Klasifikasi Tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Cosmos
Jenis : Cosmos caudatus Kunth.

3.    Morfologi Tanaman 
Perdu dengan tinggi 75-100 cm dan berbau khas. Batang tegak, segi empat, beralur membujur, bercabang banyak, beruas berwarna hijau keunguan. Daunnya majemuk, bersilang berhadapan, berbagi menyirip, ujung runcing, tepi rata, panjang 15-25 cm, berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk bongkol, di ujung batang, tangkai panjang ± 25 cm, mahkota terdiri dari 8 daun mahkota, panjang ± 1 cm, merah, benang sari bentuk tabung, kepala sari coklat kehitaman, putik berambut, hijau kekuningan, merah.
Buahnya keras, bentuk jarum, ujung berambut, masih muda berwarna hijau setelah tua coklat. Biji keras, kecil, bentuk jarum, panjang ± 1 cm, berwarna hitam. Akar tunggang dan berwarna putih.

III.             PEMBAHASAN
III.1. Morfologi dan Botani Kenikir
III.1.1. Botani Kenikir
Nama umum : Kenikir
Nama daerah: Sumatera : Ulam raja (Melayu), Kenikir (Jawa Tengah), kembang tai ayam (Bangka).
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Cosmos
Jenis : Cosmos caudatus Kunth.
III.1.2. Morfologi Kenikir
1.      Batang
Perdu dengan tinggi 75-100 cm dan berbau khas. Batang tegak, segi empat, beralur membujur, bercabang banyak, beruas berwarna hijau keunguan.
2.      Daun
Daunnya majemuk, bersilang berhadapan, berbagi menyirip, ujung runcing, tepi rata, panjang 15-25 cm, berwarna hijau.
3.      Bunga
Bunga majemuk, bentuk bongkol, di ujung batang, tangkai panjang ± 25 cm, mahkota terdiri dari 8 daun mahkota, panjang ± 1 cm, merah, benang sari bentuk tabung, kepala sari coklat kehitaman, putik berambut, hijau kekuningan, merah.
4.      Buah
Buahnya keras, bentuk jarum, ujung berambut, masih muda berwarna hijau setelah tua coklat.
5.      Biji
Biji keras, kecil, bentuk jarum, panjang ± 1 cm, berwarna hitam. Akar tunggang dan berwarna putih.
III.2. Kandungan Kimia dan Khasiat Kenikir
III.2.1. Kandungan Kimia Kenikir
Daun Cosmos caudatus mengandung saponin, flavonoid polifenol dan minyak atsiri.
Akarnya mengandung hidroksieugenol dan koniferil alkohol (Fuzzati et al., 1995).
Daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) banyak dikonsumsi masyarakat sebagai sayuran.
Penelitian menunjukkan daun kenikir mengandung senyawa yang memiliki daya antioksidan cukup tinggi dengan  IC50 sebesar 70 mg/L (Lotulung et al., 2001).
Senyawa yang bersifat antioksidan dapat memacu proses apoptosis melalui jalur intrinsik (jalur mitokondria).
Pemacuan apoptosis merupakan salah satu cara penghambatan karsinogenesis.
Abas et al., (2003) menyebutkan bahwa ekstrak metanolik daun kenikir mengandung flavonoid dan glikosida kuersetin.
Senyawa flavonoid diketahui mampu menginduksi terjadinya apoptosis melalui penghambatan aktivitas DNA topoisomerase I/II, modulasi signalling pathways, penurunan ekspresi gen Bcl-2 dan Bcl-XL, peningkatan ekspresi gen Bax dan Bak, serta aktivasi endonuklease (Ren, et al., 2003). Kuersetin memiliki kemampuan menginduksi apoptosis sel kanker kolon Caco-2 dan HT-29 serta sel kanker leukemia HL-60 dengan cara menstimulasi pelepasan sitokrom c dari mitokondria (Taraphdar, 2001).
Pebriana et al. (2008) melakukan uji sitotoksik ekstrak metanolik daun kenikir terhadap sel kanker payudara T47D, didapat nilai IC50 sebesar 345 πg/ml. Berdasarkan hasil uji sitotoksik, ekstrak metanolik daun kenikir memiliki nilai IC50 yang relatif tinggi terhadap sel T47D. Namun, pengamatan morfologi sel setelah perlakuan menunjukkan adanya fenomena kematian sel. Sel yang mati berbentuk bulat, tampak keruh dan mengapung.
Pada pengecatan DNA terlihat adanya fluoresensi hijau terang pada kontrol sel. Warna hijau terang yang seragam pada nukleus dimiliki oleh sel hidup yang masih memiliki membran sel yang utuh (McGahon, et al., 1995). Sedangkan pada sel yang mendapat perlakuan dengan ekstrak metanolik daun kenikir menunjukkan warna yang tidak seragam yaitu warna hijau bercampur oranye yang mengindikasikan terjadinya apoptosis. Hal tersebut terjadi karena sel mulai mengalami membran blebbing, sehingga etidium bromid mulai masuk ke dalam sel. Beberapa sel mengalami kondensasi inti yang ditunjukkan dengan adanya warna kekuningan pada nukleus. Hal ini menandakan adanya peristiwa early apoptosis (Pebriana et al., 2008).
Ekstrak metanolik daun kenikir memiliki aktivitas dalam memacu kematian sel T47D melalui mekanisme apoptosis, sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai antikanker dengan target aksi spesifik. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui senyawa aktif dalam ekstrak yang bertanggung jawab terhadap mekanisme pemacuan apoptosis sel T47D.
III.2.2. Khasiat Kenikir
Secara tradisional daun ini juga digunakan sebagai obat penambah nafsu makan, lemah lambung, penguat tulang dan pengusir serangga dan anti kanker.
III.3. Keragaman genetik Kenikir
Tanaman ini tidak memiliki keragaman genetik. Tidak ada keragaman genetik dari bentuk bunga, bentuk daun, warna bunga, dan warna daun. Sejauh ini belum ada penelitian ataupun informasi yang didapatkan tentang keragaman genetik dari  tanaman ini.

IV.             KESIMPULAN

1.      Kenikir memiliki kandungan bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai obat-oabatan.
2.      Tanaman kenikir memiliki morfologi yang unik baik dari bunga, daun, batang, biji, dan buah.
3.      Tanaman ini tidak memiliki keragaman genetik.

DAFTRA PUSTAKA

Abas, F., Shaari, K., Lajis, N.H., Israf, D.A., dan Kalsom, Y.U., Antioxidative and radical scavenging properties of the constituents isolated from Cosmos caudatus Kunth., Nat. Prod. Sciences, 9(4), 245-248.
Fuzzati, N., Sutarjadi, Dyatmiko, W., Rahman, A., and Hostettmann, K., 1995, Phenylpropane derivatives from roots of Cosmos caudatus, Phytochemistry, vol. 39:2, 409-412
Lotulung, P.D.N., Minarti, dan Kardono, L.B.S., 2005, Penapisan aktivitas antibakteri, antioksidan dan toksisitas terhadap larva udang Artemia salina ekstrak tumbuhan Asteraceae, Abstrak, Pusat Penelitian Kimia LIPI.
Pebriana, RB., Wardhani, BWK., Widayanti, E., Wijayanti, NLS., Wijayanti, TR., Riyanto, S., Meiyanto, E., Pengaruh Ekstrak Metanolik Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) Terhadap Pemacuan Apoptosis Sel Kanker Payudara, Pharmacon, Vol. 9, No. 1, Juni 2008, 21-26.
Ren, W., Qiao, Z., Wang, H., Zhu, L., Zhang, L., 2003, Flavonoids: Promising Anticancer Agents, Medicinal Research Reviews, 23 (4), 519-534
Taraphdar, Amit, K., Madhumita, Roy, dan Bhattacharya, R.K., 2001, Natural products as inducers of apoptosis : Implication for cancer therapy and prevention, Current Science, 80(11), 1391
                         














LAMPIRAN

















1 komentar: