Genetika Tanaman Kenikir ((Cosmos
caudatus Kunth.)
Ridwan Diaguna
Abstract
|
I.
Ke
I.
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Hasil
kunjungan kami ketaman bunga pada Fieldtrip 2 April 2012 kemarin salah satunya
adalah ke taman bunga Nusantara. Di taman bunga ini kami disuguhkan pemandangan
yang sangat luarbiasa berupa tatanan menarik dan keindahan dari banyak jenis
tanaman hias.
Bunga
yang pertama sekali secara tidak sengaja saya lihat waktu berada di taman bunga
adalah bunga kenikir (Cosmos caudatus Kunth.). Merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki kekhasan yang
berbeda dengan beberapa bunga lainnya. Jika kebanyakan bunga yang ada di taman
bunga itu menimbulkan aroma wangi lain halnnya dengan bunga yang satu ini,
aroma yang dimunculkan bunga ini justru sebaliknya aromanya bau busuk.
Di taman bunga nusantara, tanaman ini ditata dengan begitu indahnya
membentuk suatu pagar alami. Tanaman yang di bangka tidak sama sekali dilihat
peranannya dari sudut manapun. Untaian bunganya yang berwarna kuning kekuningan
yang berpadu indah dengan warna daunnya yag hijau.
Di sebagian daerah lokal bangka, tanaman ini biasanya disebut dengan nama
tanaman tai ayam. Penamaan ini berdasarkan kepada ciri kekhasan aromanya yang
menimbulkan bau busuk layaknya bau kotoran ayam. Tanaman ini bisa ditemukan
hampir disemua lokasi di bangka ini.
Namun ada yang menarik dari bunga ini, ternyata dari sedikit wawancara
saya dengan pemandu di wisata taman bunga saat itu “kenikir ini memiliki kasiat
sebagai obat”. Setibanya di Bangka saya mencoba menulusuri tanaman ini lebih
intensif melalui penggalian informasi di jaringan internet.
Kemudian muncul pemikiran akan khasiat yang dimiliki oleh tanaman ini.
Mungkin tanaman ini jika di budidayakan secara intensif dan penggalian
khasiatnya lebih dalam akan menimbulkan prosfek ekonomi dan menjadikan kenikir
ini menjadi salah satu tanaman obat yang ekonomis untuk dibudidayakan.
I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
morfologi dan botani dari tanaman hias kenikir ini?
2. Apa kandungan
kimia dan khasiat dari tanaman hais kenikir ini?
3. Apa saja bentuk
keragaman genetik dari tanaman hias kenikir ini?
I.3.
Maksud Dan Tujuan
1.Penulis mampu mengetahui morfologi dan botani dari
kenikir.
2.Penulis mampu menggali kandungan dan khasiat dari
kenikir.
3.Mencari dan mengetahui keragaman genetik dari kenikir.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Kenikir (Cosmos
caudatus Kunth) merupakan anggota dari famili
compositae. Tanaman ini berasal dari Amerika yang di introduksi ke Spanyol
sampai Filipina. Tumbuhan ini berumur pendek, memiliki kandungan aromatik, dan
dapat tumbuh hingga mencapai tiga meter. Tanaman memiliki daun majemuk,
tersusun secara berlawanan dan menyirip dengan daun berwarna hijau. Bunga
majemuk yang berbentuk bonggol yang panjangnya sekitar 5 cm, memiliki kelopak
yang berbentuk seperti lonceng. Buah berbentuk seperti jarum, keras dan
ujungnya berambut. Bijinya berukuran kecil, keras dan berwarna hitam. Tanaman
ini dapat tumbuh di dataran rendah hingga mencapai ketinggian 1 600 m. Tanaman
ini menyukai tempat yang memiliki intensitas sinar matahari tinggi (Van den
Bergh, 1994).
Kenikir
diperbanyak melalui biji. Biji disemai secara langsung di lapang atau melalui
pembibitan. Semaian dari pembibitan dipindahkan ke lapang setelah berumur tiga
minggu dengan rekomendasi jarak penanaman 25 cm x 25 cm. Pemupukan dilakukan
dengan menggunakan pupuk organik (10 ton/Ha) dan ditambah dengan pupuk urea
sebanyak 200 kg/Ha. Pemupukan mempengaruhi kualitas daun. Setelah enam minggu,
daun dapat dipanen dan pemanenan selanjutnya dilakukan setiap tiga minggu (Van
den Bergh, 1994).
Setiap 100
gram daun kenikir mengandung air 93 g, protein 3 g, lemak 0.4 g, karbohidrat
0.4 g, serat 1.6 g, dan abu 1.6 g. Daun mengandung Ca (270 mg) dan vitamin A
(0.9 mg). Nilai energi yang dikonsumsi sangat rendah sekitar 70 kJ/100 g. Daun
juga mengandung minyak esensial (Van den Bergh, 1994).
Menurut Eka (2010),
daun kenikir mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri.
Secara tradisional, daun kenikir digunakan sebagai obat penambah nafsu makan,
lemah lambung, penguat tulang dan pengusir serangga. Penelitian Kurniasih
(2010) menemukan kandungan senyawa di dalam daun kenikir yang memiliki daya
antioksidan yang cukup tinggi. Senyawa yang bersifat antioksidan dapat memacu
proses apoptosis melalui jalur intrinsik (Jalur 4).
1.
Nama tanaman
Nama umum : Kenikir
Nama daerah: Sumatera : Ulam raja (Melayu), Kenikir
(Jawa Tengah).
2.
Klasifikasi Tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Cosmos
Jenis : Cosmos caudatus Kunth.
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Cosmos
Jenis : Cosmos caudatus Kunth.
3. Morfologi
Tanaman
Perdu
dengan tinggi 75-100 cm dan berbau khas. Batang tegak, segi empat, beralur
membujur, bercabang banyak, beruas berwarna hijau keunguan. Daunnya majemuk,
bersilang berhadapan, berbagi menyirip, ujung runcing, tepi rata, panjang 15-25
cm, berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk bongkol, di ujung batang, tangkai
panjang ± 25 cm, mahkota terdiri dari 8 daun mahkota, panjang ± 1 cm, merah,
benang sari bentuk tabung, kepala sari coklat kehitaman, putik berambut, hijau
kekuningan, merah.
Buahnya
keras, bentuk jarum, ujung berambut, masih muda berwarna hijau setelah tua
coklat. Biji keras, kecil, bentuk jarum, panjang ± 1 cm, berwarna hitam. Akar
tunggang dan berwarna putih.
III.
PEMBAHASAN
III.1. Morfologi dan Botani Kenikir
III.1.1. Botani Kenikir
Nama umum :
Kenikir
Nama
daerah: Sumatera : Ulam raja (Melayu), Kenikir (Jawa
Tengah), kembang tai ayam (Bangka).
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Cosmos
Jenis : Cosmos caudatus Kunth.
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Cosmos
Jenis : Cosmos caudatus Kunth.
III.1.2. Morfologi Kenikir
1. Batang
Perdu
dengan tinggi 75-100 cm dan berbau khas. Batang tegak, segi empat, beralur
membujur, bercabang banyak, beruas berwarna hijau keunguan.
2.
Daun
Daunnya
majemuk, bersilang berhadapan, berbagi menyirip, ujung runcing, tepi rata,
panjang 15-25 cm, berwarna hijau.
3.
Bunga
Bunga
majemuk, bentuk bongkol, di ujung batang, tangkai panjang ± 25 cm, mahkota
terdiri dari 8 daun mahkota, panjang ± 1 cm, merah, benang sari bentuk tabung,
kepala sari coklat kehitaman, putik berambut, hijau kekuningan, merah.
4.
Buah
Buahnya
keras, bentuk jarum, ujung berambut, masih muda berwarna hijau setelah tua
coklat.
5.
Biji
Biji
keras, kecil, bentuk jarum, panjang ± 1 cm, berwarna hitam. Akar tunggang dan
berwarna putih.
III.2. Kandungan Kimia dan
Khasiat Kenikir
III.2.1. Kandungan Kimia Kenikir
Daun
Cosmos caudatus mengandung saponin,
flavonoid polifenol dan minyak atsiri.
Akarnya
mengandung hidroksieugenol dan koniferil alkohol (Fuzzati et al., 1995).
Daun
kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) banyak dikonsumsi masyarakat sebagai
sayuran.
Penelitian
menunjukkan daun kenikir mengandung senyawa yang memiliki daya antioksidan
cukup tinggi dengan IC50 sebesar 70 mg/L (Lotulung et al., 2001).
Senyawa yang bersifat antioksidan dapat
memacu proses apoptosis melalui jalur intrinsik (jalur mitokondria).
Pemacuan apoptosis merupakan salah satu
cara penghambatan karsinogenesis.
Abas
et al., (2003) menyebutkan bahwa ekstrak metanolik daun kenikir mengandung flavonoid
dan glikosida kuersetin.
Senyawa
flavonoid diketahui mampu menginduksi terjadinya apoptosis melalui penghambatan
aktivitas DNA topoisomerase I/II, modulasi signalling pathways,
penurunan ekspresi gen Bcl-2 dan Bcl-XL, peningkatan ekspresi gen Bax dan Bak,
serta aktivasi endonuklease (Ren, et al., 2003). Kuersetin memiliki
kemampuan menginduksi apoptosis sel kanker kolon Caco-2 dan HT-29 serta sel
kanker leukemia HL-60 dengan cara menstimulasi pelepasan sitokrom c dari
mitokondria (Taraphdar, 2001).
Pebriana
et al. (2008) melakukan uji sitotoksik ekstrak metanolik daun kenikir terhadap
sel kanker payudara T47D, didapat nilai IC50 sebesar 345 πg/ml. Berdasarkan
hasil uji sitotoksik, ekstrak metanolik daun kenikir memiliki nilai IC50 yang
relatif tinggi terhadap sel T47D. Namun, pengamatan morfologi sel setelah
perlakuan menunjukkan adanya fenomena kematian sel. Sel yang mati berbentuk
bulat, tampak keruh dan mengapung.
Pada
pengecatan DNA terlihat adanya fluoresensi hijau terang pada kontrol sel. Warna
hijau terang yang seragam pada nukleus dimiliki oleh sel hidup yang masih
memiliki membran sel yang utuh (McGahon, et al., 1995). Sedangkan pada
sel yang mendapat perlakuan dengan ekstrak metanolik daun kenikir menunjukkan
warna yang tidak seragam yaitu warna hijau bercampur oranye yang
mengindikasikan terjadinya apoptosis. Hal tersebut terjadi karena sel mulai
mengalami membran blebbing, sehingga etidium bromid mulai masuk ke
dalam sel. Beberapa sel mengalami kondensasi inti yang ditunjukkan dengan
adanya warna kekuningan pada nukleus. Hal ini menandakan adanya peristiwa early
apoptosis (Pebriana et al., 2008).
Ekstrak
metanolik daun kenikir memiliki aktivitas dalam memacu kematian sel T47D
melalui mekanisme apoptosis, sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai
antikanker dengan target aksi spesifik. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut guna mengetahui senyawa aktif dalam ekstrak yang
bertanggung jawab terhadap mekanisme pemacuan apoptosis sel T47D.
III.2.2. Khasiat Kenikir
Secara
tradisional daun ini juga digunakan sebagai obat penambah nafsu makan, lemah
lambung, penguat tulang dan pengusir serangga dan anti kanker.
III.3. Keragaman genetik
Kenikir
Tanaman ini tidak memiliki keragaman
genetik. Tidak ada keragaman genetik dari bentuk bunga, bentuk daun, warna
bunga, dan warna daun. Sejauh ini belum ada penelitian ataupun informasi yang
didapatkan tentang keragaman genetik dari
tanaman ini.
IV.
KESIMPULAN
1.
Kenikir
memiliki kandungan bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai obat-oabatan.
2.
Tanaman
kenikir memiliki morfologi yang unik baik dari bunga, daun, batang, biji, dan
buah.
3.
Tanaman
ini tidak memiliki keragaman genetik.
DAFTRA PUSTAKA
Abas,
F., Shaari, K., Lajis, N.H., Israf, D.A., dan Kalsom, Y.U., Antioxidative and radical scavenging properties of the
constituents isolated from Cosmos caudatus Kunth.,
Nat. Prod. Sciences, 9(4), 245-248.
Fuzzati,
N., Sutarjadi, Dyatmiko, W., Rahman, A., and Hostettmann, K., 1995,
Phenylpropane derivatives from roots of Cosmos caudatus, Phytochemistry,
vol. 39:2, 409-412
Lotulung,
P.D.N., Minarti, dan Kardono, L.B.S., 2005, Penapisan aktivitas antibakteri,
antioksidan dan toksisitas terhadap larva udang Artemia salina ekstrak tumbuhan
Asteraceae, Abstrak, Pusat Penelitian Kimia LIPI.
Pebriana,
RB., Wardhani, BWK., Widayanti, E., Wijayanti, NLS., Wijayanti, TR., Riyanto,
S., Meiyanto, E., Pengaruh Ekstrak Metanolik Daun Kenikir (Cosmos caudatus
Kunth.) Terhadap Pemacuan Apoptosis Sel Kanker Payudara, Pharmacon,
Vol. 9, No. 1, Juni 2008, 21-26.
Ren,
W., Qiao, Z., Wang, H., Zhu, L., Zhang, L., 2003, Flavonoids: Promising
Anticancer Agents, Medicinal Research Reviews, 23 (4), 519-534
Taraphdar,
Amit, K., Madhumita, Roy, dan Bhattacharya, R.K., 2001, Natural products as
inducers of apoptosis : Implication for cancer therapy and prevention, Current
Science, 80(11), 1391
LAMPIRAN
Recommended Reading cheap sex toys,realistic sex dolls,dildo,dildo,sex chair,horse dildo,vibrators,cheap sex dolls,sex chair site link
BalasHapus