Laman

Rabu, 20 Juni 2012


I . PENDAHULUAN

I.I.Latar Belakang
Dalam budidaya secara hidroponik, tanaman mendapatkan makanan atau nutrisi dari larutan yang disiramkan pada media tanam. Dengan demikian tanaman tetap mendapatkan nutrisi untuk pertumbuhannya. Larutan pupuk atau nutrisi yang disiramkan pada media bias bermacam-macam.
Rakit apung atau Floating hidroponik sistem (FHS) adalah salah satu sistem budidaya secara hidroponik tanaman (sayuran, terutama) dengan cara menanam tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi dalam bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terendam dalam larutan nutrisi. Karakteristik system ini antara lain adalah terisolasinya lingkungan perakaran sehingga fluktuasi suhu larutan nutrisi akan lebih rendah.
Pada sistem ini larutan tidak disirkulasikan, namun dibiarkan tergenang dan ditempatkan dalam suatu wadah tertentu untuk menampung larutan tersebut. Dengan demikian sistem ini dapat dimungkinkan tanaman akan kekurangan oksigen, yang nantinya akan merubah pH larutan. Dengan berubahnya pH larutan maka akan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik karena penyerapan nutrisi oleh tanaman kurang optimal.

1.1  Tujuan
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan salah satu model dalam teknologi budidaya sayuran secara hidroponik.




II . TINJAUAN PUSTAKA
Floating hidroponik sistem (FHS) adalah budidaya tanaman (terutama sayuran) dengan cara menanam tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi dalam bak penampung atau kolam. Dalam sistem ini akar tanaman teremdam dalamm larutan nutrisi ( Hartus , 2007 )
Teknik hidroponik sistem rakit apung adalah menanam tanaman pada suatu rakit yang dapat mengapung di atas permukaan air atau nutrisi dengan akar menjuntai kedalam air. Styrofoam diambangkan pada kolam larutan nutrisi sedalam kurang lebih 30 cm. Pada styrofoam diberi lubang tanam dan bibit ditancapkan dengan bantuan busa atau rockwool ( Sutiyoso , 2003 ).
Pada sistem FHS larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena dalam jangka yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan pupuk cair dalam dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Sistem ini mempunyai beberapa karakteristik seperti terisolasinya lingkungan perakaran yang mengakibatkan fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah, dapat digunakan untuk daerah yang sumber energi listriknya terbatas karena energi yang dibutuhkan tidak terlalu tergantung pada energi listrik (mungkin hanya untuk mengalirkan larutan nutrisi dan pengadukan larutan nutrisi saja) (Falah, 2006).
Selain harus tetap menjaga sirkulasi larutan nutrisi juga perlu diperhitungkan konsentrasi larutan nutrisi karena hal tersebut sangat mempengaruhi perkembangan tanaman. Konsentrasi larutan nutrisi dapat diperoleh dengan mengetahui nilai EC (Electric Conductivity). Nilai EC dapat didapat dengan cara mengukur nilai resistensi pada larutan nutrisi. Tidak hanya kelangsungan sirkulasi larutan yang memegang peranan penting tetapi juga konsentrasi larutan dapat diketahui dengan mengukur nilai EC ( dengan menggunakan EC meter ) ( Ridho’ah dan Hidayati , 2005 ).



III . METODE PELAKSANAAN
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum hidroponik sistem rakit apung bertempat di greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Bangka Belitung Terpadu bertempatkan areal lahan praktek budidaya.
3.2 . Alat dan Bahan
Bahan  : Bibit Sawi, kangkung, larutan nutrisi, kotak kayu/bak plastik ukuran (p x l x t) 50 cm x 50 cm x 15, talang air V, steroform, rockwoll/kapas saringan ikan, pompa/filter kolam ikan, pipa paralon, baskom, bak perkecambahan, sekam bakar, rak kayu, terpal/plastik, paku, gelas mini plastik agar-agar, ember tertutup.
Alat     : Gergaji, gunting, pisau cutter, handsprayer, centong, pinset.
3.3 Cara Kerja
1. Siapkan tempat untuk menanam tanaman berupa bak kayu/bak plastik/baskom. Jika menggunakan bak kayu, lapisi bak tersebut menggunakan plastik terpal.
2. Siapkan steroform dengan ukuran p x l lebih kurang hampir sama dengan bak penanaman dan tebal 1,5-2 cm.
3. Letakkan bak tersebut pada rak kayu dengan ketinggian 50-80 cm.
4. Semai benih tanaman menggunakan rockwoll yang telah dipotong ukuran 1,5 cm x 1,5 cm x 1,5 cm pada bak perkecambahan.
5. Bibit bayam, sawi dan kangkung dapat dipindahkan setelah 5-7 hari setelah semai.
6. Lubangi streoform yang telah disiapkan berdiameter + 1 cm atau tidak harus sama dengan media semai dengan jarak antar lubang 15 cm x 15 cm menggunakan pipa PVC ½”.
7. Masukkan air mineral dengan volume 1/3 dari volume bak yang telah dicampur dengan larutan nutrisi (2 ml/liter air) ke dalam bak penanaman.
8. Masukkan rockwoll dan bibit pada lubang steroform, usahakan tidak goyang dan bibit tidak pecah.
9. Setelah seluruh lubang telah ditanami bibit, letakkan streoform pada bak penanaman dengan posisi ketinggian maksimal 1/3 bagian akar terendam air.
10. Lakukan penambahan volume larutan air dan nutrisi yang telah dipersiapkan setiap 90 menit sekali pada pagi hingga sore hari (07.00 – 18.00) secara rutin dan terus menerus.
11. Siram bagian atas tanaman menggunakan handsprayer pada pagi dan sore hari.
12. Pengendalian hama dan penyakit menggunakan jaring jala halus. 

















IV . HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Tabel. hasil pengamatan hidroponik rakit apung.
Waktu
Media
Ulangan
Tinggi
(Cm)
Jumlah Daun (Helai)
7 Maret
2012
Bak A
1
11
2
2
7
2
3
9
1
4
8
2
5
7,5
3
6
7,5
2
Rata-Rata
8,3
6
Bak B
1
6,5
1
2
6,5
2
3
9
1
4
7,5
2
5
7,2
2
6
10
2
Rata-Rata
7,78
5,5
14 Maret 2012
Bak A
1
10
3
2
8
4
3
11
4
4
8
3
5
7,5
4
6
10,5
3
Rata-Rata
9,2
3,5
Bak B
1
9,8
3
2
6,8
2
3
8,2
2
4
6,9
2
5
7,2
4
6
8,8
3
Rata-Rata
7,95
2,7
20 Maret 2012
Bak A
1
10
6
2
6
2
3
-
-
4
6
2
5
6,5
6
6
6
3
Rata-Rata
5,75
3,2
Bak B
1
8
2
2
8
4
3
11
6
4
3,5
4
5
5
3
6
8
4
Rata-Rata
7,25
3,8
Bak A = Berat basah sawi
              Berat kering sawi = 4,6/6 = 0,76 gram
Bak B = Berat basah sawi
              Berat kerig sawi 1,2/3 = 0,4 gr


4.2. Pembahasan :
            Dari pengamatan kelompok kami diketahui bahwa  yang dibudidayakan dengan hidroponik apung adalah baik pada saat awal perlakuan kemudian minggu kedua dan ketiga perkembangan tanaman sawi tumbuh dengan baik, tetapi pada saat minggu keempat budidaya tanaman hidroponik apung pada tanaman sawi kami ada yang mati.
Kualitas larutan nutrisi dapat diketahui dengan mengukur electrical conductivity (EC). Semakin tinggi konsentrasi larutan semakin tinggi arus listrik yang dihantarkan karena pekatnya kandungan garam dan akumulasi ion mempengaruhi kemampuan untuk menghantarkan listrik larutan nutrisi tersebut. Pada budidaya kailan ini EC kita 1,8 dan pH 4,5. Dengan nilai EC dan pH yang sedemikian tersebut maka EC dan pH yang kita gunakan sudah bisa dibilang cukup untuk budidaya kailan (Sayuran) walaupun EC 1,8 bukan EC yang ideal untuk tanaman sayuran. Artinya EC tersebut tidak terlalu tinggi. Namun untuk EC paling ideal untuk tanaman sayuran adalah 2,5 - 3,2. Dengan EC tinggi berarti kepekatan larutan juga tinggi, sehingga daya serap tanaman terhadap unsur hara dari larutan juga berkurang sehingga pertumbuhan tanaman juga terhambat. Untuk pH ideal untuk hidroponik sayuran adalah 4,5 - 5,5, sehingga untuk hidroponik rakit apung ini pH tanaman ideal.
Kematian pada tanaman Sawi dapat dikategorikan penyebabnya adalah hama dan penyakit, kutu daun adalah salah satu hama yang biasanya menyerang daun Sawi, kutu ini menyerang bagian daun sehingga daun menjadi basah dan kemudian menjadi layu dan lemah, sedangkan untuk penyakitnya dapat disebabkan oleh bakteri yang menyebabakan daun Sawi menjadi bercak-bercak cokelat dan kekuningan sehingga lama-kelamaan tanaman Sawi menjadi mati.     





V . KESIMPULAN

5.1. kesimpulan
            Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
Bahwa kami dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan salah satu model dalam teknologi budidaya sayuran secara hidroponik.
















DAFTAR PUSTAKA

Falah, M. A. F. 2006. Produksi Tanaman dan Makanan dengan Menggunakan Hidroponik - Sederhana hingga Otomatis -. http://io.ppi jepang.org/article .php?id=200. Diakses tanggal 17 Desember 2010.
Hartus, T. 2007 Berkebun Hidroponik secara Murah. Penebar Swadaya. Jakarta
Ridho’ah, M. dan N. R. Hidayati. 2005. Sistem Kontrol Pemberian Nutrisi pada
Hidroponik.
Sutiyoso, Y. 2003. Hidroponik Rakit Apung. Penebar Swadaya. Jakarta
Tanjung, F.A. 2007. Pengaruh Jenis Bahan Dasar Kompos dan Lama Waktu Fermentasi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Secara Hidroponik Substrat. Skripsi S1. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
.












LAPORAN PRATIKUM
DASAR-DASAR HOLTIKULTURA
BUDIDAYA TANAMAN SECARA HIDROPONIK

logo UBB putih.jpg

Disusun Oleh :
NAMA : Ridwan Diaguna
NIM : 201 1011 005
PRODI : AGROTEKNOLOGI IV




FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI BANGKA BELITUNG
BALUN IJUK
2012