Laman

Rabu, 20 Juni 2012


LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TANAMAN

ACARA IV : FISIOLOGI TANAMAN CABAI TERHADAP PEMANGKASAN DAN PEMBERIAN METANOL




DOSEN PENGAMPU :  Dr. ISMED INONU, M.Si & NYAYU SITI KHODIJAH, S.P., M.Si
DOSEN PRAKTIKUM : INDRA FERIYANTO, S.P


DISUSUN OLEH
NAMA          : Ridwan Diaguna
NIM              : 2011011005
JURUSAN    :AGROTEKNOLOGI
KELAS         : B      




JURUSUAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
I.         PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pertumbuhan tanaman dapat didefinisikan sebagai bertambah besarnya tanaman yang diikuti oleh peningkatan bobot kering. Tanaman yang bertambah panjang ditempat gelap belum tentu dapat dikatakan tumbuh walaupun volumenya bertambah, karena bobot keringnya sebenarnya menurun akibat respirasi yang terus berlangsung, sedangkan fotosintesis tidak terjadi. Dalam keadaan normal pertambahan volume diikuti oleh penigkatan bobot kering. Pertumbuhan pada tanaman ini dibagi menjadi pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pertumbuhan vegetatif terjadi pada organ – organ vegetatif seperti akar, batang dan daun. Sedangkan pertumbuhan generatif terjadi pada organ – organ reproduksi, seperti bunga, biji dan buah. Pertumbuhannya dari organ vegetatif maupun reproduktif ini bisa ditekan dengan membuat tanaman itu stres. Caranya bisa melakukan pemangkasan dan juga dengan menggunakan zat kimia. Akibatnya pertumbuhan organ yang diberi perlakuan menjadi tertekan dan organ lain tumbuh dengan baik (Harjadi, 1979).

1.2.Tujuan
Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan vegetatif serta generatif pada tanaman cabai setelah dilakukan pemangkasan dan aplikasi metanol.

II.      DASAT TEORI
Daun yang dikosongkan oleh batang dan cabang merupakan pabrik karbohidrat bagi tanaman budidaya. Daun diperlukan untuk penyerapan dan perubahan energi cahaya menjadi pertumbuhan dan menghasilkan panen, melalui fotosintesis. Daun juga merupakan sumber nitrogen (N) untuk pembentukan buah, dengan cara mewmobilisasi N dari daun dan mendistribusikannya kebuah.Organ vegetatif (termasuk tunas, daun, dan batang) berasal dari tunas ujung dan tunas samping batang, yang mulai dari sumbu embrio didalam biji. Tunas lateral atau ketiak terletak pada ketiak daun. Pertumbuhan baru dapat pula berasala dari tunas liar yang mungkin terbentuk didalam kambium batang atau lingkaran tepi akar (Gardner, 1991).
Tidak peduli spesiesnya asalnya, tunas itu secara morfologis dan fungsional homolog. Tunas dengan tepat dapat dianggap sebagai serangkaian subunit struktural yang bervariasi tingkat perkembangannya dari dasar keujung (secara akropetal). Setiap subunit struktur, fitomer mempunyai tiga komponen: (1) buku batang dan ruas batang, (2) daun dan (3) tunas ketiak. Pada beberapa spesies fitomer yang lebih dewasa mempunyai awal perakaran. Fitomer berkembang secara akropetal dan tidak tentu. Walaupun demikian, awal perbungaan menghentikan fitomer vegetatif, seperti digambarkan di atas, dan komponen – komponennya dimodifikasi menjadi bagian – bagian perbungaan. Pada rumput – rumputan daerah beriklim sedang, awal perbungaan juga pemanjangan batang (ruas), yang memisahkan daun – daun dan menaikkan serta menyebabkan perbungaan terkena lingkungan yang  kaya energi matahari, pada ketinggian tertentu diatas tanah (Gardner, 1991).
Pertumbuhan generatif adalah pertumbuhan yang berkenaan dengan pembentukan bunga, buah dan biji. Proses pembentukan bunga dimulau dengan pembelahan dari sel – sel meristem ranting dan dahan melalui pembelahan meiosi menjadi sel – sel meristem generatif. Setelah itu tejadi proses penyerbukan yang akan membentuk embrio dan endosperma, selain itu juga mengakibatkan terbentuknya biji dan buah (Darmawan dan Baharsjah, 2010).

III.   METODE
3.1.Bahan
1. Tanaman cabai berumur
2. Pupuk Organik
3. Pupuk NPK
4. Pupuk SP-36
5. Pupuk KCl
6. Metanol 90%
3.2.Alat
1.    Gunting
2.    Cutter
3.    Handsprayer
4.    Alat tulis
5.    Meteran

3.3.Metode
Praktikum dilaksankan menggunakan metode observasi Rancangan Acak Kelompok Faktorial dilapangan dengan menanam tanaman cabai di polibag yang diletakkan pada lapangan terbuka. Untuk melihat keragaman pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai merah, maka tanaman yang ditanam di polibag diberikan perlakuan sebagai berikut :
P0        : Tanpa pemangkasan
P1        : Pemangkasan tunas air
M0       : Kontrol
M1       : Konsentrasi Metanol 25%
M2       : Konsentrasi Metanol 50%

Sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali, maka banyaknya tanaman yang diamati dalam praktikum ini adalah 18 tanaman.

3.4.Cara Kerja
1. Setiap kelompok menyiapkan bibit cabai m erah sebanyak 20 tanaman dengan umur tanaman yang seragam.
2. Letakkan tanaman dalam polibag dilapangan yang terkena cahaya matahari langsung.
3. Pemupukan NPK diberikan pada awal tanaman diletakkan dilapangan dengan dosisi 10 gram per tanaman (ditaburkan) da diaplikasikan lagi setiap 4 minggu (disiram 5 gram/liter air/tanaman).
4. Perlakuan pemangkasan P1 dilaksanakan setiap 2 minggu sekali dimulai hari pertama tanaman diletakkan di lapangan.
5. Perlakuan metanol dengan cara disemprotkan pada daun dilakukan dengangn frekuensi setiap satu minggu sekali mulai 2 minggu setelah tanaman diletakkan dilapangan.
6. Pengendalian organisme pengganggu tanaman dan penyakit tanaman dilaksanakan  sesuai dengan petunjuk dari pengampu praktikum.

IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
0 Minggu
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (mm)
P0M0U1
29,5
2,6
P0M0U2
40
3,3
P0M0U3
33
3,3
P0M1U1
37,5
3,3
P0M1U2
31
2,4
P0M1U3
36
3,5
P1M0U1
39
3,3
P1M0U2
35,5
2,95
P1M0U3
38
2,7
P1M1U1
36
2,2
P1M1U2
28
2,7
P1M1U3
35
2,9
P1M2U1
36
3,5
P1M2U2
32
2,9
P1M2U3
33
2,9
P0M2U1
32
3,6
P0M2U2
34
2,7
P0M2U3
33
3,3

3 Minggu
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (mm)
P0M0U1
39
3,3
P0M0U2
0
0
P0M0U3
32
3,9
P0M1U1
0
0
P0M1U2
36,5
3,6
P0M1U3
0
0
P1M0U1
37
3,6
P1M0U2
34,5
3,2
P1M0U3
42,5
3,4
P1M1U1
0
0
P1M1U2
35
3,6
P1M1U3
0
0
P1M2U1
36
3,2
P1M2U2
38
4,2
P1M2U3
38
3,5
P0M2U1
31,5
3,6
P0M2U2
0
0
P0M2U3
42,5
3,4

6 Minggu
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (mm)
P0M0U1
43,5
4,1
P0M0U2
0
0
P0M0U3
36,5
4,5
P0M1U1
41
3,5
P0M1U2
47,4
6,5
P0M1U3
0
0
P1M0U1
37
4,3
P1M0U2
34,3
4
P1M0U3
42
4,1
P1M1U1
0
0
P1M1U2
32,5
5,2
P1M1U3
0
0
P1M2U1
38,5
4
P1M2U2
38,5
5
P1M2U3
38,5
4,5
P0M2U1
35,4
4,5
P0M2U2
32,5
4,8
P0M2U3
0
0

            Tabel Anova Tinggi Tanaman
Keragaman
dB
JK
KT
F Value
Pr > F
Pemangkasan
1
10,13
10,13
0,02tn
0,88
Metanol
2
453,35
266,68
0,5tn
0,62
Blok
2
391,34
195,67
0,43tn
0,66
Pemangkasan dan Metanol
2
709,29
354,65
0,78tn
0,48

Tabel Anova Diameter Tanaman
Keragaman
dB
JK
KT
F Value
Pr > F
Pemangkasan
1
0,5
0,57
0,11tn
0,75
Metanol
2
5,26
2,63
0,49tn
0,63
Blok
2
12,95
6,47
1,21tn
0,34
Pemangkasan dan Metanol
2
8,62
4,3
0,8tn
0,48

Parameter Pengamatan
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (mm)
P0M0
26,67a
2,87a
P0M1
29,47a
3,33a
P0M2
35,4a
3,10a
P1M0
37,77a
3,1a
P1M1
10,83a
1,73a
P1M2
25,67a
4,5a
Keterangan : huruf yang sama pada masing-masing kolom menunjukkan
tidak berbeda nyata menurut uji lanjut DMRTpada taraf 5%.

4.2.Pembahasan
Pada praktikum ini didaptkan hasil bahwa pemangkasan dapat mempengaruhi pertumbuhann tanaman yang mengalami pemangkasan. Dimana bagian tanaman yang dipangkas adalah bagian organ tanaman seperti ranting ataupun dahan yang dapat memberikan perimbangan vegetatif dan reproduktif adari tanaman cabe tersebut. Pemangkasan ini bertujuan khusu untuk menekan pertumbuhan vegetatif tanaman cabe untuk meningkatkan pertumbuhan reproduktif untuk  memperoleh hasil buah yang baik.
Pada pemberian metanol pada tanaman cabe mempengaruhi pada giberelin pada metanol mampu meningkatkan bobot total buah panen dan bobot satuan buah. Metanol yang diberikan juga tergantung kepada berbagai faktor yang sulit dikendalikan. Faktor tersebut diantaranya kandungan hormon endogen tanaman dan kemampuan tanaman menyerap hara yang dipengaruhi oleh jenis dan umur tanaman tersebut.  

V.      KESIMPULAN
1.      Pemangkasan dan metanol mampu menjadi faktor yang dapat menjadikan fase reproduktif suatu tanaman meningkat.











DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Januar dan Justika S. Baharsjah.2010.Dasar – dasar Fisiologi
Tanaman. Jakarta : SITC.

Gardner, Ranklin P.; R. Brent Pearce dan Roger L. Mitchell.1991.Fisiologi
Tanaman Budidaya.Jakarta : UI-Press.

Harjadi, Sri Setyati.1979.Pengantar Agronomi.Jakarta:Gramedia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar