LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TANAMAN
ACARA IV : FISIOLOGI TANAMAN CABAI TERHADAP PEMANGKASAN DAN
PEMBERIAN METANOL
DOSEN PENGAMPU : Dr. ISMED INONU, M.Si & NYAYU SITI
KHODIJAH, S.P., M.Si
DOSEN PRAKTIKUM : INDRA FERIYANTO, S.P
DISUSUN OLEH
NAMA : Ridwan Diaguna
NIM :
2011011005
JURUSAN :AGROTEKNOLOGI
KELAS : B
JURUSUAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN,
PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA
BELITUNG
TAHUN AKADEMIK
2011/2012
I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pertumbuhan
tanaman dapat didefinisikan sebagai bertambah besarnya tanaman yang diikuti
oleh peningkatan bobot kering. Tanaman yang bertambah panjang ditempat gelap
belum tentu dapat dikatakan tumbuh walaupun volumenya bertambah, karena bobot
keringnya sebenarnya menurun akibat respirasi yang terus berlangsung, sedangkan
fotosintesis tidak terjadi. Dalam keadaan normal pertambahan volume diikuti
oleh penigkatan bobot kering. Pertumbuhan pada tanaman ini dibagi menjadi
pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pertumbuhan vegetatif terjadi pada organ –
organ vegetatif seperti akar, batang dan daun. Sedangkan pertumbuhan generatif
terjadi pada organ – organ reproduksi, seperti bunga, biji dan buah.
Pertumbuhannya dari organ vegetatif maupun reproduktif ini bisa ditekan dengan
membuat tanaman itu stres. Caranya bisa melakukan pemangkasan dan juga dengan
menggunakan zat kimia. Akibatnya pertumbuhan organ yang diberi perlakuan
menjadi tertekan dan organ lain tumbuh dengan baik (Harjadi, 1979).
1.2.Tujuan
Mempelajari pertumbuhan
dan perkembangan vegetatif serta generatif pada tanaman cabai setelah dilakukan
pemangkasan dan aplikasi metanol.
II.
DASAT TEORI
Daun
yang dikosongkan oleh batang dan cabang merupakan pabrik karbohidrat bagi
tanaman budidaya. Daun diperlukan untuk penyerapan dan perubahan energi cahaya
menjadi pertumbuhan dan menghasilkan panen, melalui fotosintesis. Daun juga
merupakan sumber nitrogen (N) untuk pembentukan buah, dengan cara mewmobilisasi
N dari daun dan mendistribusikannya kebuah.Organ vegetatif (termasuk tunas,
daun, dan batang) berasal dari tunas ujung dan tunas samping batang, yang mulai
dari sumbu embrio didalam biji. Tunas lateral atau ketiak terletak pada ketiak
daun. Pertumbuhan baru dapat pula berasala dari tunas liar yang mungkin
terbentuk didalam kambium batang atau lingkaran tepi akar (Gardner, 1991).
Tidak
peduli spesiesnya asalnya, tunas itu secara morfologis dan fungsional homolog.
Tunas dengan tepat dapat dianggap sebagai serangkaian subunit struktural yang
bervariasi tingkat perkembangannya dari dasar keujung (secara akropetal).
Setiap subunit struktur, fitomer mempunyai tiga komponen: (1) buku batang dan
ruas batang, (2) daun dan (3) tunas ketiak. Pada beberapa spesies fitomer yang
lebih dewasa mempunyai awal perakaran. Fitomer berkembang secara akropetal dan
tidak tentu. Walaupun demikian, awal perbungaan menghentikan fitomer vegetatif,
seperti digambarkan di atas, dan komponen – komponennya dimodifikasi menjadi
bagian – bagian perbungaan. Pada rumput – rumputan daerah beriklim sedang, awal
perbungaan juga pemanjangan batang (ruas), yang memisahkan daun – daun dan
menaikkan serta menyebabkan perbungaan terkena lingkungan yang kaya energi matahari, pada ketinggian
tertentu diatas tanah (Gardner, 1991).
Pertumbuhan
generatif adalah pertumbuhan yang berkenaan dengan pembentukan bunga, buah dan
biji. Proses pembentukan bunga dimulau dengan pembelahan dari sel – sel
meristem ranting dan dahan melalui pembelahan meiosi menjadi sel – sel meristem
generatif. Setelah itu tejadi proses penyerbukan yang akan membentuk embrio dan
endosperma, selain itu juga mengakibatkan terbentuknya biji dan buah (Darmawan
dan Baharsjah, 2010).
III.
METODE
3.1.Bahan
1.
Tanaman cabai berumur
2.
Pupuk Organik
3.
Pupuk NPK
4.
Pupuk SP-36
5.
Pupuk KCl
6.
Metanol 90%
3.2.Alat
1.
Gunting
2.
Cutter
3.
Handsprayer
4.
Alat tulis
5.
Meteran
3.3.Metode
Praktikum
dilaksankan menggunakan metode observasi Rancangan Acak Kelompok Faktorial
dilapangan dengan menanam tanaman cabai di polibag yang diletakkan pada
lapangan terbuka. Untuk melihat keragaman pola pertumbuhan dan perkembangan
tanaman cabai merah, maka tanaman yang ditanam di polibag diberikan perlakuan
sebagai berikut :
P0 : Tanpa pemangkasan
P1 : Pemangkasan tunas air
M0 : Kontrol
M1 : Konsentrasi Metanol 25%
M2 : Konsentrasi Metanol 50%
Sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan yang diulang
sebanyak 3 kali, maka banyaknya tanaman yang diamati dalam praktikum ini adalah
18 tanaman.
3.4.Cara Kerja
1.
Setiap kelompok menyiapkan bibit
cabai m erah sebanyak 20 tanaman dengan umur tanaman yang seragam.
2.
Letakkan tanaman dalam polibag
dilapangan yang terkena cahaya matahari langsung.
3.
Pemupukan NPK diberikan pada awal
tanaman diletakkan dilapangan dengan dosisi 10 gram per tanaman (ditaburkan) da
diaplikasikan lagi setiap 4 minggu (disiram 5 gram/liter air/tanaman).
4.
Perlakuan pemangkasan P1
dilaksanakan setiap 2 minggu sekali dimulai hari pertama tanaman diletakkan di
lapangan.
5.
Perlakuan metanol dengan cara
disemprotkan pada daun dilakukan dengangn frekuensi setiap satu minggu sekali
mulai 2 minggu setelah tanaman diletakkan dilapangan.
6.
Pengendalian organisme pengganggu
tanaman dan penyakit tanaman dilaksanakan
sesuai dengan petunjuk dari pengampu praktikum.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
0 Minggu
Perlakuan
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
Diameter
Batang (mm)
|
P0M0U1
|
29,5
|
2,6
|
P0M0U2
|
40
|
3,3
|
P0M0U3
|
33
|
3,3
|
P0M1U1
|
37,5
|
3,3
|
P0M1U2
|
31
|
2,4
|
P0M1U3
|
36
|
3,5
|
P1M0U1
|
39
|
3,3
|
P1M0U2
|
35,5
|
2,95
|
P1M0U3
|
38
|
2,7
|
P1M1U1
|
36
|
2,2
|
P1M1U2
|
28
|
2,7
|
P1M1U3
|
35
|
2,9
|
P1M2U1
|
36
|
3,5
|
P1M2U2
|
32
|
2,9
|
P1M2U3
|
33
|
2,9
|
P0M2U1
|
32
|
3,6
|
P0M2U2
|
34
|
2,7
|
P0M2U3
|
33
|
3,3
|
3 Minggu
Perlakuan
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
Diameter
Batang (mm)
|
P0M0U1
|
39
|
3,3
|
P0M0U2
|
0
|
0
|
P0M0U3
|
32
|
3,9
|
P0M1U1
|
0
|
0
|
P0M1U2
|
36,5
|
3,6
|
P0M1U3
|
0
|
0
|
P1M0U1
|
37
|
3,6
|
P1M0U2
|
34,5
|
3,2
|
P1M0U3
|
42,5
|
3,4
|
P1M1U1
|
0
|
0
|
P1M1U2
|
35
|
3,6
|
P1M1U3
|
0
|
0
|
P1M2U1
|
36
|
3,2
|
P1M2U2
|
38
|
4,2
|
P1M2U3
|
38
|
3,5
|
P0M2U1
|
31,5
|
3,6
|
P0M2U2
|
0
|
0
|
P0M2U3
|
42,5
|
3,4
|
6 Minggu
Perlakuan
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
Diameter
Batang (mm)
|
P0M0U1
|
43,5
|
4,1
|
P0M0U2
|
0
|
0
|
P0M0U3
|
36,5
|
4,5
|
P0M1U1
|
41
|
3,5
|
P0M1U2
|
47,4
|
6,5
|
P0M1U3
|
0
|
0
|
P1M0U1
|
37
|
4,3
|
P1M0U2
|
34,3
|
4
|
P1M0U3
|
42
|
4,1
|
P1M1U1
|
0
|
0
|
P1M1U2
|
32,5
|
5,2
|
P1M1U3
|
0
|
0
|
P1M2U1
|
38,5
|
4
|
P1M2U2
|
38,5
|
5
|
P1M2U3
|
38,5
|
4,5
|
P0M2U1
|
35,4
|
4,5
|
P0M2U2
|
32,5
|
4,8
|
P0M2U3
|
0
|
0
|
Tabel Anova Tinggi Tanaman
Keragaman
|
dB
|
JK
|
KT
|
F
Value
|
Pr
> F
|
Pemangkasan
|
1
|
10,13
|
10,13
|
0,02tn
|
0,88
|
Metanol
|
2
|
453,35
|
266,68
|
0,5tn
|
0,62
|
Blok
|
2
|
391,34
|
195,67
|
0,43tn
|
0,66
|
Pemangkasan dan Metanol
|
2
|
709,29
|
354,65
|
0,78tn
|
0,48
|
Tabel
Anova Diameter Tanaman
Keragaman
|
dB
|
JK
|
KT
|
F
Value
|
Pr
> F
|
Pemangkasan
|
1
|
0,5
|
0,57
|
0,11tn
|
0,75
|
Metanol
|
2
|
5,26
|
2,63
|
0,49tn
|
0,63
|
Blok
|
2
|
12,95
|
6,47
|
1,21tn
|
0,34
|
Pemangkasan dan Metanol
|
2
|
8,62
|
4,3
|
0,8tn
|
0,48
|
Parameter
Pengamatan
Perlakuan
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
Diameter
Batang (mm)
|
P0M0
|
26,67a
|
2,87a
|
P0M1
|
29,47a
|
3,33a
|
P0M2
|
35,4a
|
3,10a
|
P1M0
|
3,1a
|
|
P1M1
|
10,83a
|
1,73a
|
P1M2
|
25,67a
|
4,5a
|
Keterangan : huruf yang sama pada
masing-masing kolom menunjukkan
tidak berbeda nyata menurut uji lanjut
DMRTpada taraf 5%.
4.2.Pembahasan
Pada
praktikum ini didaptkan hasil bahwa pemangkasan dapat mempengaruhi pertumbuhann
tanaman yang mengalami pemangkasan. Dimana bagian tanaman yang dipangkas adalah
bagian organ tanaman seperti ranting ataupun dahan yang dapat memberikan
perimbangan vegetatif dan reproduktif adari tanaman cabe tersebut. Pemangkasan
ini bertujuan khusu untuk menekan pertumbuhan vegetatif tanaman cabe untuk
meningkatkan pertumbuhan reproduktif untuk
memperoleh hasil buah yang baik.
Pada
pemberian metanol pada tanaman cabe mempengaruhi pada giberelin pada metanol
mampu meningkatkan bobot total buah panen dan bobot satuan buah. Metanol yang
diberikan juga tergantung kepada berbagai faktor yang sulit dikendalikan.
Faktor tersebut diantaranya kandungan hormon endogen tanaman dan kemampuan
tanaman menyerap hara yang dipengaruhi oleh jenis dan umur tanaman tersebut.
V.
KESIMPULAN
1.
Pemangkasan dan metanol mampu
menjadi faktor yang dapat menjadikan fase reproduktif suatu tanaman meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Januar dan Justika S.
Baharsjah.2010.Dasar – dasar Fisiologi
Tanaman. Jakarta : SITC.
Gardner, Ranklin P.; R. Brent Pearce dan Roger
L. Mitchell.1991.Fisiologi
Tanaman Budidaya.Jakarta :
UI-Press.
Harjadi, Sri Setyati.1979.Pengantar Agronomi.Jakarta:Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar