Laman

Rabu, 20 Juni 2012


LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TANAMAN

ACARA II : FISIOLOGI TANAMAN PADI TERHADAP PERLAKUAN BENIH




DOSEN PENGAMPU :  Dr. ISMED INONU, M.Si & NYAYU SITI KHODIJAH, S.P., M.Si
DOSEN PRAKTIKUM : INDRA FERIYANTO, S.P



DISUSUN OLEH
NAMA          : Ridwan Diaguna
NIM              : 2011011005
JURUSAN    :AGROTEKNOLOGI
KELAS         : B      





JURUSUAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
I.     PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tanaman padi termasuk golongan tanaman setahun/semusim. Tanaman ini memiliki bagian – bagian yang terbagi menjadi 2 bagian. Bagian yang pertama adalah bagian vegetatif, yang meliputi akar, batang dan daun. Sedangkan bagian generatif meliputi malai yang terdiri dari bulir – bulir daun bunga (Badan Pengendali Bimas, 1983). Dalam  pertumbuhannya padi juga dibagi kedalam duafase, yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Fase ini berkaitan erat dengan penggunaan karbohidrat oleh tanaman untuk aktifitas tanaman. Baik itu aktifitas vegetatif seperti pertumbuhan batang, daun dan akar. Sedangkan pada fase generatif karbohidrat digunakan untuk aktifitas generatif atau fase reproduktif, seperti untuk pertumbuhan bunga, pembentukan biji dan buah. Kedua fase ini harus terjadi secara seimbang, sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh secara normal. Bila penggunaan karbohidrat tidak terjadi secara seimbang pada kedua fase, maka pertumbuhannya akan terfokus saja pada bagian yang tidak seimbang tersebut. Misalnya fase vegetatifnya lebih dominan dari pada fase generatif, maka pertumbuhannya akan lebih cepat pada bagian vegetatifnya seperti batang, daun dan akar. Hal ini juga terjadi pada padi (Harjadi, 1997).

1.2.Tujuan
Mempelajari siklus hidup dan pola pertumbuhan serta perkembangan tanaman padi sebagai salah satu jenis tanaman pangan terhadap penambahan zat pengatur tumbuh.

II.  DASAR TEORI
Pertumbuhan tanaman padi dibagi ke dalam tiga fase (De Datta, 1996;
Sarangka 1997) yaitu :
1.    Vegetatif ( awal pertumbuhan sampai pembentukan malai).
a.       Tahap 0 : berkecambah sampai muncul kepermukaan.
Benih biasanya dikecambahkan melalui perendaman selama 24 jam dan diinkubasi juga selama 24 jam. Setelah berkecambah bakal akar dan tunas menonjol keluar menembus kulit gabah. Pada hari ke 2 atau ke 3 setelah benih disebar dipesemaian, daun pertama menembus keluar melalui koleoptil. Akhir tahap 0 memperlihatkan daun pertama yang muncul masih melengkung dan bakal akar memanjang.
b.      Tahap 1 : pertunasan.
Tahap pertunasan mulai benih berkecambah sampai dengan sebelum anakan pertama muncul. Selama tahap ini, akar seminal dan lima daun terbentuk, sementara tunas terus tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan satu daun setiap 3 sampai 4 hari selama tahap awal pertumbuhan. Kemunculan akar sekunder membentuk sistem perakaran serabut permanen dengan cepat menggantikan radicula dan akar seminal sementara. Bibit umur 18 hari siap untuk di tanam pindah. Bibit memiliki 5 daun dan sistem perakaran yang berkembang dengan cepat.
c.       Tahap 2 : anakan.
Tahap ini berlangsung sejak munculnya anakan pertama sampai pembentukan anakan maksimum tercapai. Anakan muncul dari tunas aksial (axillary) pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan berkembang. Setelah tumbuh, anakan pertama memunculkan anakan sekunder. Ini terjadi pada 30 hari setelah pindah tanam. Selain sejumlah anakan primer dan sekunder, anakan tertier tumbuh dari anakan sekunder seiring pertumbuhan tanaman yang bertambah panjang dan besar. Pada tahap ini, anakan terus bertambah sampai pada titik dimana sukar dipisahkan dari batang utama. Anakan terus berkembang sampai tanaman memasuki tahap pertumbuhan berikutnya yaitu pemanjangan batang.
d.      Tahap 3 : pemanjangan batang.
Tahapan ini terjadi sebelum pembentukan malai atau terjadi pada tahap akhir pembentukan anakan. Oleh karenanya bisa terjadi tumpang tindih dari tahap 2 dan 3. anakan terus meningkat dalam jumlah dan tingginya. Periode waktu pertumbuhan berkaitan nyata dengan memanjangnya batang. Batang lebih panjang pada varietas yang jangka waktu pertumbuhannya lebih panjang. Anakan maksimum, memanjangnya batang, dan pembentukan malai terjadi nyaris simultan pada varietas umur genjah (105 – 120 hari). Pada varietas umur dalam (150 hari), terdapat yang disebut lagi periode vegetatif dimana anakan maksimum terjadi. Hal ini diikuti oleh memanjangnya batang (internode), dan akhirnya sampai ketahap pembentukan malai.
2.    Reproduksi (pembentukan malai sampai pembungaaan).
a.    Tahap 4 : pembentukan malai sampai bunting.
Inisiasi primordia malai pada ujung tunas tumbuh menandai mulainya fase reproduksi. Primordia malai menjadi kasat mata pada sekitar 10 hari setelah inisiasi. Pada tahap ini, tiga daun masih akan muncul sebelum malai pada akhirnya timbul ke permukaan. Pada varietas genjah, malai terlihat berupa kerucut berbulu putih panjang 1,0 sampai 1,5 mm muncul pada ruas buku utama, kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur. Dapat terlihat dengan membelah batang. Saat malai terus berkembang bulir terlihat dan dapat dibedakan. Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung. Penggembungan daun bendera disebut bunting. Bunting terjadi pertama kali pada ruas batang utama. Pada tahap bunting, ujung daun layu (menjadi tua dan mati) dan anakan non produktif terlihat pada bagian dasar tanaman.
b.    Tahap 5 : keluar malai.
Tahap keluar malai ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun.
c.    Tahap 6 : pembungaan.
Tahap pembungaan dimulai ketika serbuk sari menonjol keluar dari bulir dan terjadi proses pembuahan. Pada pembungaan, kelopak bunga terbuka, antera menyembul keluar dari kelopak bunga karena pemanjangan stamen dan serbuk sari tumpah. Kelopak bunga kemudian menutup. Serbuk sari jatuh ke putik, sehingga terjadi pembuahan. Struktur pistil berbulu dimana tube tepung sari dari serbuk sari yang muncul akan mengembang ke ovari. Proses pembungaan berlanjut sampai hampir semua spikelet pada malai mekar. Pembungaan terjadi sehari setelah keluarnya malai. Pada umumnya kelopak bunga membuka pada pagi hari. Semua spikelet pada malai membuka dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3 sampai 5 daun masih aktif. Anakan pada tanaman padi ini telah dipisahkan pada saat dimulainya pembungaan dan dikelompokkan ke dalam anakan produktif dan non produktif.
3.    Pematangan (pembungaan sampai gabah matang).
a.    Tahap 7 : gabah matang susu.
Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan cairan serupa susu. Gabah mulai terisi dengan larutan putih susu, dapat dikeluarkan dengan menekan/ menjepit gabah di antara dua jari. Malai hijau dan mulai merunduk. Pelayuan (senescense) pada dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan daun dua daun di bawahnya tetap hijau.
b.    Tahap 8 : gabah setengah matang.
Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan (senescense) dari anakan dan daun dibagian dasar tanaman nampak semakin jelas. Pertanaman kelihatan menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada setiap anakan mulai mengering.
c.    Tahap 9 : gabah matang penuh.
Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning. Daun bagian atas mongering dengan cepat (daun dari sebagian varietas ada yang tetap hijau). Sejumlah daun yang mati terakumulasi pada bagian dasar tanaman.

III.   METODE
3.1.Bahan
1.      Benih padi ladang dan padi sawah
2.      Pupuk kandang
3.      Pupuk urea
4.      Pupuk SP-36
5.      Pupuk KCl
6.      Kapur pertanian
7.       

3.2.Alat
1.      Cangkul
2.      Garpu tanah
3.      Knapsack sprayer
4.      Sekop kecil
5.      Polybag
6.      Alat tulis
7.      Timbangan digital
8.      Meteran

3.3.Metode
Praktikum dilaksanakan menggunakan metode Rancangan Petak Terbagi (RAK Split Plot) dilapangan dengan menanam 2 jenis padi dan perlakuan benih yang berbeda.
V1       : Padi ladang (Towuti)
V2       : Padi Sawah (IR-64)
B0        : Kontrol
B1        : Perendaman pada insektisida

Setiap perlakuan benih diulang sebanyak 3 kali dengan jumlah sampel tanaman yang diamati per petak adalah sebanyak 15 tanaman, sehingga diperoleh tata letak penanaman sebagai berikut :
BLOK 1

BLOK 2

BLOK 3
 B0
B1

B1
B0

B1
B0
V2
V2

V1
V2

V2
V1
V1
V1

V2
V1

V1
V2

3.4.Cara Kerja
1.    Lahan penanaman dipersiapkan dengan memebuat bedengan ukuran 1 x 2 meter.
2.    Taburkan pupuk kandang 1 minggu sebelum tanam dengan dosis 1 Kg per petak secara merata.
3.    Perlakuan benih (B1) dilakukan dengan cara merendam benih padi pada larutan Cruiser (4 ml/20 ml air) 1 hari sebelum menanam benih.
4.    Penanaman dilahan diaplikasikan dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm dan 2 benih per lubang tanaman sehingga diperoleh sekitar 80 populasi tanaman per petak.
5.    Pemupukan dasar dilakukan pada 14 HST dengan dosis pupuk Urea, SP-36 dan KCl masing – masing 1 gram per tanaman.
6.    Pemupukan lanjutan urea dilakukan saat umur tanaman 28 HST dan 56 HST dengan dosis sesuai anjuran yang akan ditentukan kemudian sesuai petunjuk pengampu praktikum.
7.    Pengendalian organisme pengganggu tanaman dan penyakit dilakukan sesuai dengan instruksi dari pengampu.

IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil

WAKTU/ SATUAN PERCOBAAN
PERLAKUAN
BLOK I
BLOK II
BLOK III
B 0
B 1
B 0
B 1
B 0
B 1
MINGGU I
V 1
12 cm, 3 Daun
12 cm, 3 Daun
15 cm, 4 Daun
15 cm, 3 Daun
15 cm, 3 Daun
15 cm, 3 Daun
V 2
0, 0
0, 0
0, 0
9 cm, 3 Daun
0, 0
0, 0
MINGGU II
V 1
20 cm, 12 Daun
16 cm, 11 Daun
21 cm, 19 daun
20 cm, 25 Daun
20 cm, 13 Daun
14 cm, 3 Daun
V 2
0, 0
0, 0
0, 0
15 cm, 5 Daun
0, 0
0, 0
Note : 0, 0 artinya adalah tidak ada yang tumbuh.
4.2.Pembahasan
Dari praktikum ini didapatkan hasil praktikum bahwa varietas padi jenis padi sawah IR-64 pada semua ulangan selama 2 minggu pengamatan tidak mengalami pertumbuhan kecuali pada pada minggu 2 blok 2 perlakuan perendaman insektisida yang mengalami pertumbuhan sebesar 15 cm dan jumlah daun 5 daun.
Pada varietas 1 (padi ladang towuti) hasil pengamtan dari minggu 1 sampai dengan minggu 2 hasilnya mengalami pertumbuhan secara normal, namun tingkat pertumbuhannya paling baik adalah pada benih padi dengan perlakuan perendman insektisida.
Hal ini dikarenkan oleh padi dengan perlakuan insektisida mampu menjadi pelindung benih untuk berkecambah di tengah serangan hama dan bakteri serta jamur yang dapat membuat benih mampu berkecambah dengan baik. Pemberian insektisida ini menjadi sebuah usaha untuk mencegah kegagalan berkecambah oleh  serangan hama dan penyakit.
Pemberian insektisida ini mampu memberikan hasil tingkat pertumbuhan lebih baik jika dibandingkan dengan yang kontrol.
Kemudia pada varietas padi swah IR-64 tidak ada yang mengalami pertumbuhan baik dengan perlakuan ataupun pad akontrol. Hal ini mungkin dikarenakan oleh faktor lingkungan. Syarat tumbuh padi sawah IR-64 tidak terpenui pada lahan yang kami tanam.
Jenis atau golongan padi mempunyai ketahanan yang berbeda-beda terhadap HDB. Padi golongan cere seperti Bengawan, Cina dan Mas rentan terhadap HDB, padi golongan gundil lebih tahan, dan padi golongan bulu paling tahan (Semangun, 2004). Tuwoti dan IR64 termasuk golongan cere (Suprihatno et al., 2007), namun Tuwoti lebih tanah terhadap IR64. Hal ini dapat dilihat dari tingkat keparahan dan kejadian penyakit pada Tuwoti lebih rendah dibanding IR64. Menurut Suprihatno (2007) Tuwoti tahan terhadap HDB strain III dan IV, sedangkan IR64 agak tahan terhadap HDB strain IV.
Berdasarkan tingkat keparahan penyakit saat panen varietas Tuwoti (23,3 %) dan IR64 (22,6 %), kedua varietas dikategorikan memiliki tingkat ketahanan agak rentan. Menurut Suprihatno et al. (2007) varietas di kategorikan tahan jika tingkat serangan 1-5 %, agak tahan 6-12%, agak rentan 13-25 %, rentan 26-50 %, dan sangat rentan 51-100 %.




V.      KESIMPULAN
1.      IR-64 tidak dapat tumbuh karena tidak mendapatkan lingkungan yang baik untuk pertumbuhannya.
2.      Pemberian insektisida mampu meningkatkan perkecambahan suatu biji.
3.      Varietas Tuwoti berinteraksi positif dengan pemberian insektisida.
                                           






DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengendali Bimas.1983.Pedoman Bercocok Tanam Padi Palawija Sayur –
Sayuran. Jakarta: Departemen Pertanian Satuan Pengendali Bimas Jakarta.

De Datta, S. K, 1996. Prinsip – prinsip Dasar dan Praktis Produksi Padi. Jakarta
:Gramedia

Harjadi, Sri Setyati.1979.Pengantar Agronomi. Jakarta : Gramedia.

Salangka, Sulaiman, 1997.Sains Kimia. Jakarta: Poliyama Widya Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar