LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TANAMAN
ACARA II : FISIOLOGI TANAMAN PADI TERHADAP PERLAKUAN BENIH
DOSEN PENGAMPU : Dr. ISMED INONU, M.Si & NYAYU SITI
KHODIJAH, S.P., M.Si
DOSEN PRAKTIKUM : INDRA FERIYANTO, S.P
DISUSUN OLEH
NAMA : Ridwan Diaguna
NIM :
2011011005
KELAS : B
JURUSUAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN,
PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA
BELITUNG
TAHUN AKADEMIK
2011/2012
I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Tanaman
padi termasuk golongan tanaman setahun/semusim. Tanaman ini memiliki bagian –
bagian yang terbagi menjadi 2 bagian. Bagian yang pertama adalah bagian
vegetatif, yang meliputi akar, batang dan daun. Sedangkan bagian generatif
meliputi malai yang terdiri dari bulir – bulir daun bunga (Badan Pengendali
Bimas, 1983). Dalam pertumbuhannya padi
juga dibagi kedalam duafase, yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Fase ini
berkaitan erat dengan penggunaan karbohidrat oleh tanaman untuk aktifitas
tanaman. Baik itu aktifitas vegetatif seperti pertumbuhan batang, daun dan
akar. Sedangkan pada fase generatif karbohidrat digunakan untuk aktifitas
generatif atau fase reproduktif, seperti untuk pertumbuhan bunga, pembentukan
biji dan buah. Kedua fase ini harus terjadi secara seimbang, sehingga tanaman
tersebut dapat tumbuh secara normal. Bila penggunaan karbohidrat tidak terjadi
secara seimbang pada kedua fase, maka pertumbuhannya akan terfokus saja pada
bagian yang tidak seimbang tersebut. Misalnya fase vegetatifnya lebih dominan
dari pada fase generatif, maka pertumbuhannya akan lebih cepat pada bagian
vegetatifnya seperti batang, daun dan akar. Hal ini juga terjadi pada padi
(Harjadi, 1997).
1.2.Tujuan
Mempelajari siklus hidup dan pola
pertumbuhan serta perkembangan tanaman padi sebagai salah satu jenis tanaman
pangan terhadap penambahan zat pengatur tumbuh.
II. DASAR TEORI
Pertumbuhan tanaman padi dibagi ke
dalam tiga fase (De Datta, 1996;
Sarangka 1997) yaitu :
1.
Vegetatif ( awal
pertumbuhan sampai pembentukan malai).
a.
Tahap 0 : berkecambah
sampai muncul kepermukaan.
Benih biasanya
dikecambahkan melalui perendaman selama 24 jam dan diinkubasi juga selama 24
jam. Setelah berkecambah bakal akar dan tunas menonjol keluar menembus kulit
gabah. Pada hari ke 2 atau ke 3 setelah benih disebar dipesemaian, daun pertama
menembus keluar melalui koleoptil. Akhir tahap 0 memperlihatkan daun pertama
yang muncul masih melengkung dan bakal akar memanjang.
b.
Tahap 1 : pertunasan.
Tahap pertunasan mulai benih
berkecambah sampai dengan sebelum anakan pertama muncul. Selama tahap ini, akar
seminal dan lima daun terbentuk, sementara tunas terus tumbuh, dua daun lagi
terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan satu daun setiap 3 sampai 4
hari selama tahap awal pertumbuhan. Kemunculan akar sekunder membentuk sistem
perakaran serabut permanen dengan cepat menggantikan radicula dan akar seminal
sementara. Bibit umur 18 hari siap untuk di tanam pindah. Bibit memiliki 5 daun
dan sistem perakaran yang berkembang dengan cepat.
c.
Tahap 2 : anakan.
Tahap ini berlangsung sejak munculnya anakan
pertama sampai pembentukan anakan maksimum tercapai. Anakan muncul dari tunas
aksial (axillary) pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh
dan berkembang. Setelah tumbuh, anakan pertama memunculkan anakan sekunder. Ini
terjadi pada 30 hari setelah pindah tanam. Selain sejumlah anakan primer dan
sekunder, anakan tertier tumbuh dari anakan sekunder seiring pertumbuhan
tanaman yang bertambah panjang dan besar. Pada tahap ini, anakan terus
bertambah sampai pada titik dimana sukar dipisahkan dari batang utama. Anakan
terus berkembang sampai tanaman memasuki tahap pertumbuhan berikutnya yaitu
pemanjangan batang.
d.
Tahap 3 : pemanjangan
batang.
Tahapan ini terjadi sebelum pembentukan malai atau terjadi
pada tahap akhir pembentukan anakan. Oleh karenanya bisa terjadi tumpang tindih
dari tahap 2 dan 3. anakan terus meningkat dalam jumlah dan tingginya. Periode
waktu pertumbuhan berkaitan nyata dengan memanjangnya batang. Batang lebih
panjang pada varietas yang jangka waktu pertumbuhannya lebih panjang. Anakan
maksimum, memanjangnya batang, dan pembentukan malai terjadi nyaris simultan
pada varietas umur genjah (105 – 120 hari). Pada varietas umur dalam (150
hari), terdapat yang disebut lagi periode vegetatif dimana anakan maksimum
terjadi. Hal ini diikuti oleh memanjangnya batang (internode), dan akhirnya
sampai ketahap pembentukan malai.
2.
Reproduksi
(pembentukan malai sampai pembungaaan).
a.
Tahap 4 : pembentukan
malai sampai bunting.
Inisiasi primordia malai pada ujung
tunas tumbuh menandai mulainya fase reproduksi. Primordia malai menjadi kasat
mata pada sekitar 10 hari setelah inisiasi. Pada tahap ini, tiga daun masih
akan muncul sebelum malai pada akhirnya timbul ke permukaan. Pada varietas
genjah, malai terlihat berupa kerucut berbulu putih panjang 1,0 sampai 1,5 mm
muncul pada ruas buku utama, kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur.
Dapat terlihat dengan membelah batang. Saat malai terus berkembang bulir
terlihat dan dapat dibedakan. Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang
ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung.
Penggembungan daun bendera disebut bunting. Bunting terjadi pertama kali pada
ruas batang utama. Pada tahap bunting, ujung daun layu (menjadi tua dan mati)
dan anakan non produktif terlihat pada bagian dasar tanaman.
b.
Tahap 5 : keluar
malai.
Tahap keluar malai ditandai dengan
kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai terus berkembang sampai
keluar seutuhnya dari pelepah daun.
c.
Tahap 6 : pembungaan.
Tahap
pembungaan dimulai ketika serbuk sari menonjol keluar dari bulir dan terjadi
proses pembuahan. Pada pembungaan, kelopak bunga terbuka, antera menyembul
keluar dari kelopak bunga karena pemanjangan stamen dan serbuk sari tumpah.
Kelopak bunga kemudian menutup. Serbuk sari jatuh ke putik, sehingga terjadi
pembuahan. Struktur pistil berbulu dimana tube tepung sari dari serbuk sari
yang muncul akan mengembang ke ovari. Proses pembungaan berlanjut sampai hampir
semua spikelet pada malai mekar. Pembungaan terjadi sehari setelah keluarnya
malai. Pada umumnya kelopak bunga membuka pada pagi hari. Semua spikelet pada
malai membuka dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3 sampai 5 daun masih aktif.
Anakan pada tanaman padi ini telah dipisahkan pada saat dimulainya pembungaan
dan dikelompokkan ke dalam anakan produktif dan non produktif.
3.
Pematangan (pembungaan
sampai gabah matang).
a.
Tahap 7 : gabah matang
susu.
Pada
tahap ini, gabah mulai terisi dengan cairan serupa susu. Gabah mulai terisi
dengan larutan putih susu, dapat dikeluarkan dengan menekan/ menjepit gabah di
antara dua jari. Malai hijau dan mulai merunduk. Pelayuan (senescense) pada
dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan daun dua daun di bawahnya tetap hijau.
b.
Tahap 8 : gabah
setengah matang.
Pada
tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan lunak dan
akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan (senescense) dari
anakan dan daun dibagian dasar tanaman nampak semakin jelas. Pertanaman
kelihatan menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada
setiap anakan mulai mengering.
c.
Tahap 9 : gabah matang
penuh.
Setiap
gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning. Daun bagian atas
mongering dengan cepat (daun dari sebagian varietas ada yang tetap hijau). Sejumlah
daun yang mati terakumulasi pada bagian dasar tanaman.
III.
METODE
3.1.Bahan
1.
Benih padi ladang dan padi sawah
2.
Pupuk kandang
3.
Pupuk urea
4.
Pupuk SP-36
5.
Pupuk KCl
6.
Kapur pertanian
7.
3.2.Alat
1.
Cangkul
2.
Garpu tanah
3.
Knapsack sprayer
4.
Sekop kecil
5.
Polybag
6.
Alat tulis
7.
Timbangan digital
8.
Meteran
3.3.Metode
Praktikum dilaksanakan menggunakan metode Rancangan Petak
Terbagi (RAK Split Plot) dilapangan dengan menanam 2 jenis padi dan perlakuan
benih yang berbeda.
V1 : Padi ladang (Towuti)
V2 : Padi Sawah (IR-64)
B0 : Kontrol
B0 : Kontrol
B1 : Perendaman pada insektisida
Setiap perlakuan benih diulang sebanyak 3 kali dengan
jumlah sampel tanaman yang diamati per petak adalah sebanyak 15 tanaman,
sehingga diperoleh tata letak penanaman sebagai berikut :
BLOK 1
|
BLOK 2
|
BLOK 3
|
|||||
B0
|
B1
|
B1
|
B0
|
B1
|
B0
|
||
V2
|
V2
|
V1
|
V2
|
V2
|
V1
|
||
V1
|
V1
|
V2
|
V1
|
V1
|
V2
|
3.4.Cara Kerja
1.
Lahan penanaman dipersiapkan
dengan memebuat bedengan ukuran 1 x 2 meter.
2.
Taburkan pupuk kandang 1 minggu
sebelum tanam dengan dosis 1 Kg per petak secara merata.
3.
Perlakuan benih (B1) dilakukan dengan
cara merendam benih padi pada larutan Cruiser (4 ml/20 ml air) 1 hari sebelum
menanam benih.
4.
Penanaman dilahan diaplikasikan
dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm dan 2 benih per lubang tanaman sehingga
diperoleh sekitar 80 populasi tanaman per petak.
5.
Pemupukan dasar dilakukan pada 14
HST dengan dosis pupuk Urea, SP-36 dan KCl masing – masing 1 gram per tanaman.
6.
Pemupukan lanjutan urea dilakukan
saat umur tanaman 28 HST dan 56 HST dengan dosis sesuai anjuran yang akan
ditentukan kemudian sesuai petunjuk pengampu praktikum.
7.
Pengendalian organisme pengganggu
tanaman dan penyakit dilakukan sesuai dengan instruksi dari pengampu.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
WAKTU/ SATUAN PERCOBAAN
|
PERLAKUAN
|
BLOK I
|
BLOK II
|
BLOK III
|
|||
B 0
|
B 1
|
B 0
|
B 1
|
B 0
|
B 1
|
||
MINGGU I
|
V 1
|
12
cm, 3 Daun
|
12 cm, 3 Daun
|
15 cm, 4 Daun
|
15 cm, 3 Daun
|
15 cm, 3 Daun
|
15
cm, 3 Daun
|
V 2
|
0, 0
|
0, 0
|
0, 0
|
9 cm, 3 Daun
|
0, 0
|
0,
0
|
|
MINGGU II
|
V 1
|
20
cm, 12 Daun
|
16 cm, 11 Daun
|
21
cm, 19 daun
|
20
cm, 25 Daun
|
20 cm, 13 Daun
|
14
cm, 3 Daun
|
V 2
|
0, 0
|
0, 0
|
0, 0
|
15 cm, 5 Daun
|
0, 0
|
0, 0
|
Note : 0, 0 artinya adalah tidak ada yang
tumbuh.
4.2.Pembahasan
Dari praktikum ini didapatkan hasil praktikum
bahwa varietas padi jenis padi sawah IR-64 pada semua ulangan selama 2 minggu
pengamatan tidak mengalami pertumbuhan kecuali pada pada minggu 2 blok 2
perlakuan perendaman insektisida yang mengalami pertumbuhan sebesar 15 cm dan
jumlah daun 5 daun.
Pada varietas 1 (padi ladang towuti) hasil
pengamtan dari minggu 1 sampai dengan minggu 2 hasilnya mengalami pertumbuhan
secara normal, namun tingkat pertumbuhannya paling baik adalah pada benih padi
dengan perlakuan perendman insektisida.
Hal ini dikarenkan oleh padi dengan perlakuan
insektisida mampu menjadi pelindung benih untuk berkecambah di tengah serangan
hama dan bakteri serta jamur yang dapat membuat benih mampu berkecambah dengan
baik. Pemberian insektisida ini menjadi sebuah usaha untuk mencegah kegagalan
berkecambah oleh serangan hama dan
penyakit.
Pemberian insektisida ini mampu memberikan
hasil tingkat pertumbuhan lebih baik jika dibandingkan dengan yang kontrol.
Kemudia pada varietas padi swah IR-64 tidak ada yang mengalami
pertumbuhan baik dengan perlakuan ataupun pad akontrol. Hal ini mungkin
dikarenakan oleh faktor lingkungan. Syarat tumbuh padi sawah IR-64 tidak
terpenui pada lahan yang kami tanam.
Jenis
atau golongan padi mempunyai ketahanan yang berbeda-beda terhadap HDB. Padi
golongan cere seperti Bengawan, Cina dan Mas rentan terhadap HDB, padi golongan
gundil lebih tahan, dan padi golongan bulu paling tahan (Semangun, 2004).
Tuwoti dan IR64 termasuk golongan cere (Suprihatno et al., 2007), namun
Tuwoti lebih tanah terhadap IR64. Hal ini dapat dilihat dari tingkat keparahan
dan kejadian penyakit pada Tuwoti lebih rendah dibanding IR64. Menurut
Suprihatno (2007) Tuwoti tahan terhadap HDB strain III dan IV, sedangkan IR64
agak tahan terhadap HDB strain IV.
Berdasarkan
tingkat keparahan penyakit saat panen varietas Tuwoti (23,3 %) dan IR64 (22,6
%), kedua varietas dikategorikan memiliki tingkat ketahanan agak rentan.
Menurut Suprihatno et al. (2007) varietas di kategorikan tahan jika
tingkat serangan 1-5 %, agak tahan 6-12%, agak rentan 13-25 %, rentan 26-50 %,
dan sangat rentan 51-100 %.
V.
KESIMPULAN
1.
IR-64 tidak dapat tumbuh karena
tidak mendapatkan lingkungan yang baik untuk pertumbuhannya.
2.
Pemberian insektisida mampu
meningkatkan perkecambahan suatu biji.
3.
Varietas Tuwoti berinteraksi
positif dengan pemberian insektisida.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengendali Bimas.1983.Pedoman Bercocok Tanam Padi Palawija Sayur –
Sayuran. Jakarta: Departemen
Pertanian Satuan Pengendali Bimas Jakarta.
De
Datta, S. K, 1996. Prinsip – prinsip
Dasar dan Praktis Produksi Padi. Jakarta
:Gramedia
Harjadi, Sri Setyati.1979.Pengantar Agronomi. Jakarta : Gramedia.
Salangka, Sulaiman, 1997.Sains Kimia. Jakarta: Poliyama Widya Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar